Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Setop Judi dan Mulailah Berinvestasi

9 Oktober 2023   07:07 Diperbarui: 9 Oktober 2023   07:51 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Shutterstock/pedrosala)

Sebuah sumber berita online menulis, "2,7 Juta Warga RI Main Judi Online, Perputaran Uang Tembus Rp 190 Triliun". Fantastis. Mari kita bandingkan angka-angka tersebut dengan data yang lain.

Total investor pasar modal (berinvestasi di saham, reksadana, dan obligasi) yang dicatat oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) per Agustus 2023 adalah sebanyak 11,47 juta. Khusus investor saham, jumlahnya sebanyak 4,91 juta.

Sekilas terlihat bahwa jumlah masyarakat yang menjadi investor masih jauh lebih banyak dari para pejudi online. Namun kita harus melihat lebih dalam lagi. Harus dicatat bahwa aktivitas judi online itu baru "booming" dalam beberapa tahun terakhir saja.

Kita bandingkan dengan aktivitas pasar modal yang bahkan sudah dimulai sejak Indonesia belum merdeka. Sempat ditutup sementara waktu dan akhirnya diaktifkan kembali tahun 1977.

Bukan tidak mungkin, bila tidak segera dilakukan upaya serius untuk mengerem, sepertinya cuma butuh beberapa tahun lagi saja jumlah pejudi online akan segera melampaui jumlah investor dalam negeri.

Selanjutnya kita coba cermati angka perputaran uang judi online yang dikabarkan mencapai Rp 190 Triliun. Sudah jelas itu bukan angka yang main-main.

Coba bandingkan misalnya dengan APBD Provinsi DKI Jakarta tahun 2023 yang "hanya" 78,7 Triliun. Perbedaan jumlahnya sangat jauh. Angka Rp 190 Triliun itu juga berhasil mengalahkan anggaran Kementerian Kesehatan tahun 2023 yang sebesar Rp 172,5 Triliun.

Semakin terlihat fantastis lagi bila dibandingkan dengan anggaran masing-masing Kementerian untuk tahun 2024 yang rata-rata memang mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. 

Perputaran uang aktivitas judi online itu berhasil mengalahkan total anggaran belanja masing-masing Kementerian/Lembaga dalam setahun. 

Dalam RAPBN 2024, pemerintah telah mengumumkan alokasi total belanja Kementerian/Lembaga (K/L) sebesar Rp. 1.077,2 Triliun. Kementerian dengan alokasi belanja paling besar adalah Kementerian PUPR yaitu sebesar Rp 147 Triliun. Masih tetap kalah jauh, bukan?

Tawaran judi

Aktivitas judi sebenarnya sudah berlangsung sangat lama dan sepertinya pasti akan selalu ada di segala zaman. Wujud tawarannya hadir dalam berbagai bentuk. Dari sederhana sampai paling canggih. Dari bermodal taruhan recehan sampai jutaan hingga miliaran.

Judi bahkan bisa cepat menyesuaikan diri dalam segala kondisi zaman. Hari-hari ini ketika kita sangat memuja sekaligus bergantung pada kemajuan teknologi informasi, aktivitas judi pun segera hadir di sana. Itulah yang kita kenal sekarang dengan istilah judi online.

Tawaran judi saat ini bahkan sudah lebih canggih lagi karena seringkali hadir dalam berbagai modus. Entah melalui permainan-permainan yang bisa mengasyikkan dan menyenangkan hati, hingga dengan modus berkedok investasi.

Meskipun judi jelas-jelas dilarang pemerintah sekaligus diharamkan oleh agama, faktanya masih banyak orang yang tetap saja melakukannya. Tawaran judi kelihatannya terlalu menarik untuk ditolak begitu saja.

Bagaimana tidak menarik? Judi menawarkan cara dan harapan menghasilkan uang dengan gampang. Tak perlu repot-repot harus bekerja keras. Tak usah menunggu terlalu lama sampai datangnya tanggal gajian. Siapa yang tidak tertarik?

Belum lagi cerita beberapa orang yang berhasil menang. Seolah ingin menegaskan bahwa melalui judi, menghasilkan uang itu jauh lebih gampang. Cerita-cerita seperti ini tentu saja lebih sering muncul, menarik perhatian dan dicari orang dibandingkan banyak cerita pilu kekalahan.

Banyak orang yang awalnya penasaran lalu akhirnya mencoba dan ingin membuktikan. Lama-lama yang terjadi malah kecanduan dan seakan tidak bisa keluar lagi.

Pada dasarnya dalam setiap diri manusia pastilah ada nafsu egois dan serakah. Punya banyak keinginan yang memaksa ingin selalu dipenuhi, meskipun sebenarnya kondisi tidak memungkinkan.

Saat orang lain punya sesuatu, seringkali ia pun ingin juga segera memilikinya entah bagaimana caranya. Kondisi keuangan yang tidak memungkinkan sementara dorongan untuk memiliki sesuatu masih sangat kuat, akhirnya tawaran godaan judi terlihat menjadi sangat menarik, minimal layak untuk dicoba.

Orang-orang yang terlibat dan kecanduan judi sederhananya bisa dikatakan sebagai orang yang gagal mengendalikan nafsu dalam dirinya sendiri. Logika akal sehat dan larangan yang sudah jelas-jelas nyata diabaikannya begitu saja.

Kita sudah mendengar banyak kisah getir seseorang bahkan keluarga yang berantakan akibat kecanduan judi. Saat sudah kecanduan, hal-hal yang di luar nalar pun seolah menjadi halal dan gampang dilakukan.

Investasi

Hal yang berkebalikan dengan judi sebenarnya adalah investasi. Ketika judi lebih banyak memanipulasi emosi seseorang, konsep investasi yang sejati justru mensyaratkan pengendaliaan emosi sekaligus penggunaan logika dan akal sehat.

Investasi sejatinya tak akan pernah berani memberikan tawaran apalagi garansi seseorang pasti selalu benar dan menang. Selalu diingatkan tentang potensi risiko kekalahan alias kerugian.

Pelaku investasi justru dituntut untuk mau terus belajar sehingga bisa meminimalkan risiko dan memperbesar peluangnya meraih keuntungan.

Investasi juga mensyaratkan penghargaan atas waktu dan proses. Tidak ada yang instan. Bila ingin meraih cuan, wajib hukumnya mengerti tentang apa yang diinvestasikan, serta bersabar menanti hasilnya.

Saat berivestasi saham misalnya, seorang investor sebagai pemilik bisnis otomatis wajib memiliki "mindset" yang benar pula tentang proses bisnis. Setiap bisnis perusahaan pasti akan selalu butuh waktu untuk bekerja dan mencatatkan keberhasilan pertumbuhan serta kinerja terbaiknya.

Ini yang seringkali membuat tawaran investasi kelihatan tidak menarik. Sudah harus pusing belajar banyak tentang investasi, tak ada garansi keberhasilan, butuh waktu yang lama pula untuk memetik hasilnya. Sungguh perpaduan yang seringkali membuat banyak orang menjadi enggan.

Walaupun sebenarnya harus diingat, orang-orang yang berhasil karena tekun dan sabar berinvestasi jumlahnya juga cukup banyak. Deretan orang terkaya, semuanya juga bisa meraih kekayaannya lewat proses investasi. Ini adalah fakta yang tak berbantahkan.   

Bagaimana dengan kita? Cita-cita ingin masuk dalam daftar deretan orang terkaya, tentu kedengarannya terlalu muluk-muluk.

Sebenarnya cukup dengan tujuan yang lebih sederhana dan nyata saja. Kita mau dan ingin serius belajar investasi karena tidak mau terus-menerus tergoda apalagi sampai terjebak dalam godaan judi.

Belajar serta terjun langsung berinvestasi sepertinya bisa menjadi terapi dan solusi yang baik agar terbebas dari kecanduan judi.

Tetaplah ingat, kecanduan judi cepat atau lambat hanya akan membuat hidup jadi berantakan dan lebih sengsara. Sementara "kecanduan" investasi yang benar, mudah-mudahan akan lebih mendekatkan kita pada kehidupan yang lebih baik dan sejahtera di masa depan.

Setop judi dan mulailah berinvestasi.                      

***

Jambi, 9 Oktober 2023

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun