Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Sekolah Pun Diliburkan

1 Oktober 2023   23:38 Diperbarui: 1 Oktober 2023   23:41 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Tangkapan layar akun IG: Walikota Jambi)

Walikota Syarif Fasha, Minggu (1/10) malam akhirnya terpaksa menerbitkan surat edaran dalam menyikapi kondisi pencemaran udara yang terjadi di Jambi.

Beberapa poin penting disampaikan bahwa berdasarkan hasil pemantauan Stasiun Air Quality Monitoring System (AQMS) Provinsi Jambi, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) menunjukkan kualitas udara di Kota Jambi yang tidak sehat.

Walikota juga menginstruksikan mulai tanggal 2 s/d 4 Oktober 2023 agar dilaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara pembelajaran jarak jauh (online) dan para siswa dirumahkan. Para pengajar tetap wajib hadir di satuan pendidikan masing-masing memberikan pembelajaran jarak jauh.

Selanjutnya ada beberapa anjuran yang seperti mengingatkan kembali pada peristiwa sekitar dua tahun silam yaitu saat merebaknya wabah Covid-19. Siswa beserta guru dan tenaga pendidik harus mengenakan masker dalam beraktivitas serta membudayakan mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas.

Kota Jambi dalam beberapa hari belakangan ini memang sedang dilanda kabut asap yang cukup pekat. Setiap hari, saat bangun pagi dan membuka pintu rumah, hidung kita akan langsung bisa mencium udara yang tidak segar.

Demikian halnya sepanjang hari, saat beraktivitas di luar rumah, kabut pekat akibat asap kian jelas terlihat dan terasa. Bahkan langit-langit pun tak lagi tampak biru.

Beberapa hari yang lalu sempat turun hujan yang cukup lebat selama dua hari berturut-turut. Saat itulah, udara kembali terasa segar dan sejuk. Langit pun terlihat kembali indah. Namun sayangnya, itu cuma sebentar.     

Rumah sakit dan Puskesmas hari-hari ini kian ramai dikunjungi pasien akibat banyak warga yang terserang batuk dan mulai mengeluhkan pernafasannya. Terlebih lagi mereka yang memang sudah punya riwayat penyakit yang berhubungan dengan pernafasan.

Jambi memang bisa dikatakan salah satu daerah yang langganan sekaligus rawan terhadap bencana kabut asap. Kita ingat salah satu peristiwa kebakaran hutan dan lahan tahun 2015 lalu, Jambi termasuk yang paling parah.

Saat itu aktivitas warga benar-benar terganggu. Tak hanya sekolah melainkan juga aktivitas perkantoran pun banyak yang diliburkan atau minimal dikurangi. Aktivitas ekonomi warga juga menjadi terhambat.

Pengalaman saya pribadi yang paling membekas adalah saat pesawat yang saya tumpangi dalam perjalanan dari Jakarta menuju Jambi, terpaksa harus putar balik kembali ke Jakarta karena kondisi udara yang tidak memungkinkan. Padahal awak kabin beberap saat sebelumnya baru saja mengumumkan ke para penumpang agar bersiap-siap karena pesawat akan segera mendarat.

Alhasil karena tak kunjung ada kepastian mengenai jadwal penerbangan, saat itu saya terpaksa harus menempuh perjalanan via darat yang tentu saja menelan waktu perjalanan yang jauh lebih panjang.

Pencemaran udara akibat kabut asap di Jambi yang terjadi saat ini tentu saja dipicu peristiwa kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di daerah sekitar. Muncul beberapa versi. Konon ada yang mengatakan kabut asap saat ini dominan merupakan "kiriman" dari provinsi tetangga yaitu Sumatera Selatan.  

Versi lain menyebutkan kabut asap ini berasal dari kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di beberapa kabupaten di provinsi Jambi yang posisinya kebetulan berdekatan dengan Kota Jambi.

Kabupaten terdekat itu diantaranya Muaro Jambi, Batanghari, Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur. Secara kebetulan, beberapa daerah itu juga dikenal memiliki hutan dan lahan gambut yang cukup luas.

Beberapa ahli sudah terlalu sering mewanti-wanti, daerah bergambut memang cukup rawan dan berpotensi terbakar terutama di musim kemarau. Dan bila sudah terbakar, biasanya itu akan sangat sulit dipadamkan.

Pencemaran udara dan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan ini memang sudah terlalu sering terjadi di Jambi. Himbauan bahkan ancaman pemerintah terhadap pelaku pembakaran sepertinya tak juga mempan. Entah apa yang salah.  

Satu hal yang pasti, kejadian kabut asap yang semakin parah seperti saat ini jelas akan sangat merugikan semua. Aktivitas belajar tatap muka untuk sementara sudah dihentikan. Bila kondisinya tambah parah, bukan tak mungkin sektor-sektor lain pun akan segera menyusul dan mengalami hal yang sama.             

***

Jambi, 1 Oktober 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun