Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Kaesang Masuk PSI dan "Dansa Politik" Jokowi

23 September 2023   15:55 Diperbarui: 27 September 2023   17:14 1086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyerahan Kartu Tanda Anggota (KTA) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) untuk Kaesang Pangarep di Kediaman Presiden Joko Widodo (Jokowi), pada Sabtu (23/9/2023).(Foto: KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati) 

Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Jokowi resmi menjadi kader PSI (Partai Solidaritas Indonesia).

Beberapa hari terakhir, isu ini memang ramai pasca beredarnya video pendek "Si Mawar masuk politik" yang pengisi suaranya dengan jelas dan mudah dikenali sebagai suara khas milik Kaesang.

Kita ingat sebelumnya dan sampai hari ini masih ramai juga isu PSI sedang mendorong Kaesang agar maju sebagai Walikota di Pilkada Depok. Baliho-balihonya pun sudah banyak terpasang.

Ini tentu menjadi berita yang menarik. Jokowi memang mengatakan sudah memberi restu pada Kaesang untuk terjun ke dunia politik, tanpa merinci partai politik yang akan dituju.

Tapi jangan lupa, bahwa PDI P melalui Puan Maharani juga sudah sempat mewanti-wanti, keluarga kader partainya dilarang keras bergabung dengan partai lain.

Kita tunggu saja, langkah apa yang akan diambil PDI P pasca "dilanggarnya" peringatan itu. Apakah PDI P akan memberi sanksi tegas sebagaimana diberikan pada kader yang dianggap "membelot" seperti pada kasus Budiman Sudjatmiko?

Apakah mungkin PDI P berani memberi sanksi pada Jokowi, salah satu kader terbaiknya sekaligus orang nomor satu di republik ini, karena dianggap tidak mampu "menertibkan" anggota keluarganya dalam dunia politik?

Dansa politik    

Pertunjukan yang sangat menarik memang terkait langkah yang diambil oleh Kaesang. Bila memang serius ingin terjun di dunia politik, mengapa tidak memilih ke PDI P, tempat ayah dan kakak kandungnya saat ini bernaung?

Mengapa pula harus ke PSI di saat publik dengan jelas menangkap sinyal ketidakharmonisannya dengan PDI P? PSI yang menyimbolkan diri sebagai partai yang "tegak lurus pada Jokowi" belakangan memang membuat banyak akrobat politik.

Kita ingat PSI menjadi partai politik pertama yang deklarasi mendukung Ganjar Pranowo sebagai Capres. Belakangan hal itu justru diralat dan mengatakan masih netral sambil menunggu arahan Jokowi berdekatan dengan momen PDI P resmi mengumumkan deklarasi pencapresan Ganjar.

PSI bahkan terlihat mulai dekat bahkan akrab dengan jajaran koalisi pendukung Prabowo Subianto. Saat deklarasi masuknya Partai Demokrat dalam jajaran koalisi Prabowo, PSI juga hadir.

Sampai sejauh ini, akrobat politik yang dimainkan PSI memang sering dianggap mencerminkan sikap politik Jokowi menghadapi Pilpres 2024. Banyak yang masih bertanya-tanya, kemana sebenarnya arah dukungan politik Jokowi?

Politisi senior PDI P, Panda Nababan beberapa waktu lalu boleh saja mengatakan bahwa berbagai akrobat politik belakangan ini sebagai "dansa politik" dan yakin saat tiba waktunya, Jokowi pasti akan menyatakan secara terbuka dukungannya pada Ganjar.

Namun pasca bergabungnya Kaesang ke partai politik yang jelas-jelas dianggap kurang harmonis dengan PDI P, apakah masih merupakan bagian dari "dansa politik" yang dimainkan Jokowi?

Bagaimana bila ternyata itu merupakan simbol bahwa Jokowi memang sudah siap berseberangan dengan pilihan politik PDI P di pilpres nanti? Apalagi sudah terdengar kabar yang mengatakan, Jokowi sangat kecewa pada partainya karena terkesan tidak dilibatkan dalam proses pencapresan Ganjar Pranowo.

Teka teki mengenai arah dukungan Jokowi pada Pilpres nanti memang semakin menarik untuk ditunggu. Proses pendaftaran capres-cawapres yang akan bertarung di Pilpres cuma tinggal beberapa saat lagi.

Sampai sejauh ini, baik kubu Prabowo maupun Ganjar sama-sama belum berani mengumumkan cawapresnya. Keduanya seperti sama-sama menunggu dan mengintip peluang sampai saat-saat terakhir.

Satu hal yang pasti, "dansa politik" Jokowi berikut pendukung dan keluarganya sejauh ini bisa dikatakan cukup merugikan kubu Ganjar Pranowo. Ini terlihat dari berbagai hasil survei yang masih menempatkan Prabowo pada urutan pertama.

Belum lagi, Prabowo saat ini didukung oleh mayoritas kekuatan partai politik parlemen maupun non parlemen. Pasca bergabungnya Demokrat, hampir separuh kekuatan politik nasional bisa dikatakan sudah berada di barisan Prabowo. 

Barangkali inilah saatnya PDI P harus benar-benar serius melibatkan Jokowi dalam proses pencapresan misalnya dalam hal memilih Cawapres pendamping Ganjar Pranowo.

Fakta yang harus diterima dan diakui bahwa Jokowi masih punya pengaruh yang sangat besar dalam proses politik saat ini.

Bila masih tetap berkeras hati dan tak menemukan jalan kompromi, barangkali PDI P memang harus mulai bersiap menghadapi kemungkinan terburuk yaitu Capres pilihannya ternyata malah tak didukung oleh kader terbaiknya sendiri.

***

Jambi, 23 September 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun