Harta karun terbesar di dunia ada di pasar modal, bukan di dasar laut. Sangat disayangkan orang yang tidak mengenal pasar modal (Lo Kheng Hong)
Pasar modal lazim dikenal sebagai tempat orang-orang melakukan aktivitas jual-beli saham. Layaknya pasar, ada pembeli dan penjual yang saling berinteraksi sekaligus bertransaksi satu sama lain.
Sebenarnya bukan hanya saham yang bisa diperjual-belikan disana karena masih ada beberapa instrumen lain yaitu reksadana, surat utang (obligasi), ETF, dan derivatif.
Memang di pasar modal Indonesia saat ini bisa dikatakan saham menjadi instrumen yang paling populer.
Meskipun demikian, fakta menunjukkan bahwa ternyata masih banyak orang yang masih enggan, ragu bahkan mungkin "alergi" dengan saham. Jangankan mau berinvestasi, mendengar kata "saham" saja konotasinya sudah langsung negatif.
Agak mengherankan memang, mengingat aktivitas pasar modal di Indonesia sudah ada bahkan sejak sebelum Indonesia merdeka.
Atau bila menggunakan periode 1977 yaitu saat pasar modal Indonesia diaktifkan kembali oleh pemerintah, artinya aktivitas transaksi jual-beli saham di pasar modal sudah berjalan lebih dari 46 tahun.
Namun mengapa sampai saat ini masih banyak orang yang meragukan bahkan mempertanyakan saham sebagai instrumen investasi?
Kalau konteksnya beberapa tahun lalu, barangkali kita masih bisa menuding sistem pendidikan kita sebagai penyebabnya. Saat itu (bahkan mungkin sampai saat ini) pembelajaran tentang investasi apalagi saham hampir tak pernah diajarkan di bangku pendidikan.
Buku-buku tentang investasi saham juga masih sangat sulit ditemukan. Jangankan buku yang ditulis penulis lokal, buku terjemahan para penulis asing pun masih langka. Andaipun ada, harganya pasti sangat mahal.