Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Brigjen Yehu dan Irjen Chryshnanda Bukti Tak Semua Jenderal (Polisi) Nakal

2 Maret 2023   20:10 Diperbarui: 2 Maret 2023   20:18 1410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi institusi Kepolisian dan para petingginya (Antara Foto/Aprilia Akbar via Kompas.com)

Ferdy Sambo dan Teddy Minahasa, dua orang petinggi Polri yang kebetulan sama-sama berpangkat Irjen (Inspektur Jenderal) sedang tersandung kasus hukum. Ferdy Sambo, mantan Kadiv Propam Polri divonis mati oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam kasus pembunuhan berencana terhadap ajudannya sendiri.

Kasus Sambo itu turut menyeret nama seorang perwira tinggi Polri yang juga berpangkat Jenderal yaitu Brigjen Hendra Kurniawan. Pengadilan pun sudah menjatuhkan vonis untuk mantan Karo Paminal Divisi Propam Polri tersebut yaitu 3 tahun penjara.  

Sementara itu Teddy Minahasa terlibat dalam dugaan penyalahgunaan pengedaran narkoba. Teddy yang pernah menjabat sebagai Kapolda Sumatera Barat dan Jawa Timur sedang menjalani proses persidangan di pengadilan.

Dua kejadian beruntun ini sontak mencoreng nama baik insitusi Polri. Aparat kepolisian yang diberikan mandat untuk menegakkan hukum dan perundang-undangan di republik ini, justru menjadi pelaku pelanggaran. Tak tanggung-tanggung, pelakunya justru para pejabat yang bisa dikatakan mempunyai jabatan dan pangkat tertinggi di institusinya.

Tak bisa dimungkiri saat ini Kepolisian punya tugas maha berat untuk memulihkan nama baik dan citra institusinya di mata publik. Kepercayaan publik terhadap institusi penegak hukum harus kembali diraih.

Apa jadinya jika publik (masyarakat) kita telanjur tidak percaya pada proses dan upaya penegakan hukum? Bagaimana pula penegakan hukum bisa berjalan sebagaimana cita-cita bersama jika institusi dan aparat penegak hukumnya saja sudah kehilangan wibawa?   

Sambo dan Teddy pastinya memang bukan orang pertama (dan terakhir), pejabat tinggi Polri berpangkat Jenderal yang terlibat kasus hukum. Namun baiklah, kita tak perlu menyebutkannya lagi satu persatu.

Satu hal yang pasti bahwa sorotan publik ke Kepolisian bukan semata-mata dilandasi kebencian, melainkan kerinduan agar institusi ini tetap menjadi kebanggaan negara yang punya wibawa di mata rakyatnya bahkan dunia. Harus selalu diingat bahwa publik butuh Polri. Meskipun sempat ada nada-nada sumbang yang menuntut agar Polri dibubarkan, barangkali itu hanya ekspresi luapan emosi belaka.

Oase keteladanan

Polri juga sebenarnya punya figur dan tokoh yang meski punya pangat dan jabatan mentereng namun tetap berperilaku terpuji. Selain tidak terlibat pelanggaran hukum, mereka juga tetap memberikan sumbangsih penting bagi institusinya bahkan negeri ini.

Mereka mungkin jarang diliput media sehingga namanya pun kurang dikenal oleh publik. Bila menyitir istilah "bad news is good news"  masyarakat kita pun akan lebih tertarik bahkan cepat menghafal nama-nama Jenderal polisi bermasalah daripada yang tidak.

Baiklah sekarang kita akan berkenalan pada dua sosok Polisi berpangkat Jenderal yang mudah-mudahan bisa sedikit mengobati rasa haus kita akan figur keteladanan petinggi Polri.

Sebagaimana sudah disampaikan pada judul tulisan ini, dua figur dimaksud adalah Brigjen Yehu Wangsajaya dan Irjen Chrysnanda Dwilaksana. Sebagai informasi, keduanya juga sedang diusulkan oleh publik sebagai penerima Hoegeng Award 2023, sebuah program yang bertujuan mencari sosok polisi yang baik dan inspiratif.

Brigjen Yehu dikenal sebagai sosok yang sederhana. Jenderal bintang satu ini diketahui selalu menggunakan jasa transportasi umum layaknya khalayak ramai setiap hari tanpa pengawalan, saat berangkat dari rumah menuju kantornya.      

Yehu sendiri mengaku bahwa kebiasaannya menggunakan moda transportasi publik sudah dilakoninya sejak tahun 2013 saat masih bertugas sebagai Kabag Lemhannas, dengan pangkat Kombes.

Brigjen Yehu mengungkapkan alasannya yang ingin selalu dekat dengan masyarakat sehingga memilih menggunakan transportasi publik. Selain itu, ia juga ingin memberi teladan pada masyarakat untuk menggunakan fasilitas publik yang sudah disiapkan oleh pemerintah.

Apakah "prestasi" Yehu hanya karena sosoknya yang sederhana? Ternyata bukan. Yehu juga dikenal sebagai penggagas tes SIM dengan menggunakan komputer. Pentingnya komputerisasi tersebut untuk memastikan proses tes berjalan secara fair dan tidak ada yang dirugikan. Komputerisasi yang digagas oleh Yehu saat bertugas di Polrestabes Medan tahun 1998 itu menjadi yang pertama di Indonesia.

Yehu kembali menorehkan prestasi saat menjabat Wakapolrestabes Manado tahun 2006-2007. Yehu menerima rekor MURI karena menginisiasi gerakan respons cepat Polisi.

Selanjutnya Irjen Chrysnanda Dwilaksana. Guru Besar Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) ini menjabat sebagai Kasespim Lemdiklat Polri. Jabatan baru tersebut baru didudukinya sejak akhir tahun 2022 lalu. Pangkatnya pun dinaikkan satu tingkat dari Brigjen menjadi Irjen.

Nama Chrysnanda diajukan sebagai kandidat penerima Hoegeng Award 2023 oleh seorang warga sipil bernama Agus. Dalam keterangannya, Agus mengaku sudah lama berteman dengan Chrysnanda yang menurutnya merupakan sosok visioner dan anti KKN.

Chrysnanda disebut-sebut tidak pernah mau berhubungan langsung dengan vendor ketika ada pekerjaan di Polri. Irjen Chrysnanda juga telah menulis puluhan buku cetak dan digital dan uniknya sering dibagikan secara gratis. Ia beralasan, kemampuan dan kepandaian yang dimilikinya pun didapatkan secara gratis dari Yang Maha Kuasa.   

Keunikan lainnya, Chrysnanda juga dikenal memiliki jiwa seni yang tinggi. Kerabat dekatnya bahkan berkisah bahwa Chrysnanda bahkan telah 12 kali menggelar pameran hasil lukisannya sendiri. Seni menurut Chrysnanda adalah refleksi kecerdasan.

"Karena seni sarat dengan imajinasi. Imajinasi inilah kekuatan atas pengetahuan teknologi, informasi yang dapat dilakukan masa lalu, masa kini, bahkan masa depan. Kekuatan imajinasi digunakan untuk menyederhanakan, membuat model, menjabarkan bahkan mendetailkan semua bisa dilakukan" katanya.

Jenderal Hoegeng

Tentu saja kita tidak akan pernah lupa sosok Jenderal Polisi yang sampai kini masih tetap abadi dikenang sebagai figur teladan yaitu Jenderal Hoegeng Iman Santoso. Jenderal Hoegeng adalah simbol kesederhanaan dan kejujuran seorang petinggi Polri.

Kisah-kisah teladan hidupnya abadi dalam ingatan publik bahkan sudah dituliskan dalam berbagai buku dan media lainnya. Berbagai jabatan penting yang diembannya, tak pernah melunturkan nilai-nilai luhur dalam dirinya.

Jenderal Hoegeng, sang teladan (Kompas.id)
Jenderal Hoegeng, sang teladan (Kompas.id)

Gus Dur dengan gaya jenakanya pernah bersaksi akan sosok keteladanan Jenderal Hoegeng. Gus Dur dalam sebuah diskusi bertajuk "Dekonstruksi dan Revitalisasi Keindonesiaan" di Bentara Budaya Jakarta (BBJ), Kamis 31 Agustus 2006 silam mengatakan, "Hanya ada 3 polisi jujur di negara ini: polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng".

***

Jambi, 2 Maret 2023

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun