Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Peranku sebagai Aparat Birokrasi; Membuat Konsep Net-Zero Emissions Membumi

24 Oktober 2021   22:08 Diperbarui: 24 Oktober 2021   22:49 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proses awal sosialisasi dan pendekatan ke masyarakat sekaligus penjelasan program/kegiatan yang ditawarkan menjadi faktor yang sangat krusial untuk dilakukan dengan baik. Beberapa pengalaman kegagalan program bahkan penolakan yang terjadi seringkali karena belum terjalinnya rasa saling percaya, hingga bisa menimbulkan berbagai prasangka buruk.

Sering muncul anggapan bahwa program yang kami tawarkan akan mengganggu sumber mata pencaharian sehari-hari mereka. Mereka yang sudah tinggal di dalam kawasan hutan (secara ilegal) bahkan bisa lebih kuatir lagi karena mereka takut lahan yang sudah digarap akan segera diambil pihak pemerintah. Ada beberapa pengalaman ketika masyarakat dengan tegas mengusir dan mengatakan tidak membutuhkan program yang kami tawarkan.

Ini menjadi tantangan tersendiri di lapangan. Ketika berdasarkan data analisa citra satelit, lokasi tersebut cocok untuk direhabilitasi, namun ternyata masyarakat di sekitar lokasi ternyata tidak merespon dengan baik.

Kami selalu berusaha melakukan pendekatan serta memberikan penjelasan mengenai program yang ditawarkan. Bahwa itu tidak akan mengganggu kegiatan atau usaha mereka sehari-hari yang mungkin sudah terbiasa bercocok tanam dengan komoditas tertentu. Justru sebaliknya. Kami ingin membantu mereka untuk mengoptimalkan fungsi lahan yang akan diolah dengan menambah bahkan kalau perlu mengganti komoditas yang mungkin akan lebih menguntungkan secara ekonomi.

Penanaman bibit pohon di sela kebun kopi petani (Dokpri)
Penanaman bibit pohon di sela kebun kopi petani (Dokpri)

Tentu saja itu semua dilakukan tidak secara top down melainkan bottom up. Kami mengajak para pemilik lahan untuk bertukar pikiran mendiskusikan jenis komoditas yang paling cocok untuk mereka tanam. Prinsipnya, kami tidak akan pernah memaksa.    

Selain dari sisi ekonomi, tentunya kami selalu berkewajiban untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan hutan. Bahwa lahan atau kawasan hutan yang sedang mereka kelola selain berfungsi secara ekonomi sebenarnya juga memiliki fungsi ekologi.

Setiap batang pohon yang mereka tanam, jaga, dan tumbuh dengan baik akan membawa manfaat untuk orang banyak karena bisa menghasilkan oksigen (O2), menjaga kuantitas dan kualitas air, mencegah terjadinya bencana banjir dan sebagainya. Dengan kata lain, disadari atau tidak, sebenarnya mereka punya andil cukup besar untuk menjaga bumi ini dari kerusakan yang makin parah.

Untuk itulah, kami selalu mendorong mereka untuk menanam bibit pohon kayu-kayuan atau pohon yang menghasilkan buah. Meskipun sering muncul pertanyaan tentang jangka waktu yang sering dianggap terlalu lama untuk memanen hasil, khususnya untuk komoditas kayu-kayuan.

Untuk kegiatan tertentu (Agroforestry), pertanyaan ini bisa segera dijawab karena selain penyediaan bibit kayu dan buah-buahan, biasanya juga disediakan anggaran untuk penyediaan bibit tumpang sari yang jenisnya lagi-lagi bisa ditentukan sendiri oleh para petani. Tanaman jenis ini tentu saja bisa lebih cepat dinikmati hasilnya.            

Tugas "membumikan" konsep NZE 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun