Bagaimanapun, pemerintah sudah berkomitmen dan telah mengeluarkan kebijakan pembangunan rendah karbon yang diterapkan di berbagai sektor, salah satunya sektor energi seperti penurunan intensitas energi (Efisiensi Energi), pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT), penerapan Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM) dan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).
Bicara soal target waktu, PT. Indika Energy, Tbk (kode saham di bursa: INDY), perusahaan publik bergerak di sektor batubara ini memberikan contoh menarik. Manajemen perusahaan menegaskan, Indika Energy akan berinvestasi pada sektor energi terbarukan, teknologi digital, kendaraan listrik, nature-based solutions dan bisnis berkelanjutan lainnya sebagai bagian dari transisi dan proses diversifikasi.
Bahkan saat menerbitkan obligasi pada 2020, perusahaan sudah berani membuat komitmen penting kepada para investor. Disampaikan bahwa pada tahun 2025 mendatang, setidaknya 50 persen pendapatan perusahaan akan diperoleh dari non batu bara. Kita tahu, komoditas berikut industri batu bara memang acapkali dituding sebagai biang kerok terjadinya masalah pemanasan global.
Di sektor energi, Indika Energy mengandalkan anak usahanya, Kideco, yang sudah memasok batu bara bersih ramah lingkungan untuk pembangkit listrik tenaga uap sebagai kunci penggerak roda ekonomi masyarakat Indonesia.
Batu bara yang ditambang Kideco bahkan konon kabarnya sudah diakui secara global sebagai salah satu golongan batu bara terbersih karena kandungan sulfurnya yang sangat rendah yaitu 0,1 persen serta kadar abu yang rendah sebesar 2,5 persen.
Aparat birokrasiÂ
Sehari-hari saya bekerja di salah satu UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) yang salah satu tugas utamanya berkaitan dengan rehabilitasi hutan dan lahan. Bila diringkas secara sederhana, program dan kegiatan yang kami lakukan adalah melaksanakan penanaman pohon di lokasi-lokasi yang terindikasi perlu dilakukan rehabilitasi dengan cara menanam pohon baik di dalam dan luar kawasan hutan. Kegiatan ini tentu saja dengan melibatkan masyarakat yang tinggal di desa sekitar lokasi.
Berbagai pengalaman langsung di lapangan sudah saya rasakan. Ada kegiatan yang berhasil dan membuat kita lega serta bangga. Namun ada pula yang tidak sesuai harapan alias bisa dikatakan gagal dan pastinya membuat kami kecewa.
Proses dan dinamika di lapangan yang terjadi bersama masyarakat ternyata memang sangat menarik. Ada kalanya, tawaran program/kegiatan yang kami berikan langsung mendapat respon cukup baik dari mereka. Namun ada pengalaman lain, mereka merasa keberatan bahkan dengan tegas menolaknya.