Barangkali saya memang tidak punya kapasitas menjelaskan proses panjang dan mungkin rumit yang harus dikerjakan oleh pihak PDAM untuk mengalirkan air bersih ke rumah-rumah warga. Namun, saya agak sulit mencerna fakta yang agak ironis; saat air hujan berlimpah ruah, banyak warga justru kesulitan mendapatkan fasilitas air bersih.
Bila sedang terjadi kemarau yang panjang dan mereka kesulitan mendapatkan air, tentu lebih mudah masuk akal. Di sisi lain, mereka pun sudah dan masih harus terus membayar biaya tagihan bulanan. Meskipun faktanya, gangguan alias air macet masih sering terjadi.
Pertanyaan menggelitik muncul dalam pikiran saya. Apakah pihak PDAM memang tidak bisa memanfaatkan momentum "panen" air hujan dari langit untuk diolah dan dialirkan ke rumah-rumah warga? Apalagi jika berdasarkan data, kejadian banjir di akhir tahun dan awal memasuki tahun baru, sudah terlalu sering terjadi. Mengapa itu tidak dipersiapkan dan diantisipasi sejak dini?
Pertanyaan berikutnya, lalu apa yang bisa kita lakukan? Paling sederhana tentu saja jangan melewatkan momen panen air hujan yang sangat berharga ini. Sebisa mungkin, kita sudah menyiapkan banyak wadah untuk menampungnya. Air hujan yang ditampung, tentu akan banyak manfaatnya dan bisa digunakan untuk aktivitas keseharian.
Langkah yang lebih maju dalam rangka memanen air hujan adalah membangun sarana infrastruktur untuk menampung air hujan misalnya waduk, embung, sumur resapan air dan sebagainya. Prinsipnya, kita belajar untuk memanen hujan (rain harvest) dengan cara mencegah air hujan cepat terbuang percuma ke laut sehingga bisa ditahan untuk dimanfaatkan pada musim kemarau.
Hujan yang turun dan mengguyur setiap hari, memang bisa mengganggu aktivitas keseharian kita. Tapi daripada sibuk dan lelah menggerutu, alangkah lebih baik jika kita tetap memiliki pikiran positif menanggapinya. Salah satunya, tentu saja dengan cara memanen air hujan. Selamat mencoba. Â Â Â Â Â Â
***
Jambi, 5 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H