Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Setelah Liburan yang Hambar, Kini Harus Kembali Belajar

3 Januari 2021   00:37 Diperbarui: 3 Januari 2021   00:41 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Shutterstock/Travelpixs)

Saya masih ingat pengalaman saat bersekolah. Masa-masa liburan sudah pasti menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu. Liburan adalah waktunya bersenang-senang, bebas dari tanggung jawab mengikuti pelajaran di sekolah termasuk tugas dan PR yang rutin diberikan guru. Saat liburan usai, kita sudah siap untuk kembali belajar tentu saja berikut pengalaman dan momen liburan seru yang bisa dibagikan ke teman-teman.

Pengalaman berbeda pasti dialami para siswa "angkatan Corona" saat ini. Masa liburan berlalu begitu saja. Liburan menjadi hambar. Dalam rangka mengantisipasi penyebaran virus, beberapa pemerintah daerah justru menutup tempat dan lokasi yang biasanya selalu ramai oleh pengunjung saat liburan.

Pemerintah kota Jambi misalnya, sejak bulan Desember lalu sudah mengeluarkan surat edaran yang secara rinci dan tegas "membatasi" aktivitas warga secara khusus di momen pergantian tahun. Tempat-tempat yang berpotensi mengundang kerumunan, langsung dibatasi jam operasionalnya bahkan ada yang ditutup total.

Alhasil momen pergantian tahun yang biasanya selalu semarak dengan pesta kembang api, atraksi hiburan dan keramaian, praktis tak bisa lagi ditemukan.

Langkah dan upaya pemerintah ini tentu saja sangat bisa dimaklumi. Tingkat penyebaran virus Covid-19 masih tinggi. Dimana-mana, jumlah warga yang tertular semakin banyak. Perang melawan penyebaran virus ini masih jauh dari selesai.

Penyelesaian masalah ini memang sepertinya sudah menunjukkan titik terang. Pemerintah telah memesan ratusan juta dosis vaksin untuk disuntikkan ke seluruh warga. Namun tetap harus diingat bahwa vaksinasi hanyalah salah satu alternatif solusi. Sukses atau tidaknya masih harus dibuktikan.

Dengan demikian, peran serta warga tetap sangat dibutuhkan. Penyebaran virus bisa dicegah dengan kesadaran sekaligus keikhlasan bersama untuk disiplin dan konsisten mematuhi protokol kesehatan.

Kembali lagi, kondisi semacam ini memang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Saya berusaha membayangkan perasaan para siswa di zaman ini. Sejak pandemi, mereka sudah "dipaksa" beradaptasi dengan cara belajar yang baru dan belum pernah dipelajari sebelumnya.

Betapa tidak nyaman, belajar tanpa tatap muka langsung di dalam ruang kelas. Suasana belajar mengajar di sekolah, berinteraksi dengan teman dan guru mendadak sirna dan tak bisa dirasakan lagi.

Kecanggihan teknologi informasi memang masih memungkinkan untuk saling bertemu muka meski harus melalui layar ponsel atau PC/laptop. Tentu saja suasana dan nuansa yang tercipta tidaklah sama. Ada batasan-batasan yang menghalang.  

Persiapan kembali belajar

Setelah masa liburan yang (hambar) usai, kini para siswa sudah harus bersiap-siap kembali belajar. Tahun lalu sebenarnya sempat ada kabar gembira ketika Mendikbud menyatakan proses belajar mengajar sudah bisa dilaksanakan secara tatap muka di ruang kelas pada awal 2021.

Namun melihat kondisi terkini yaitu tingkat penyebaran virus yang masih tinggi, kemungkinan besar rencana itu akan ditunda. Pemerintah provinsi DKI Jakarta misalnya bahkan sudah membuat pengumuman resmi.

Dengan demikian, metode pendidikan jarak jauh (PJJ) sepertinya akan tetap menjadi pilihan. Kemendikbud bahkan telah menyiapkan program belajar alternatif selain tatap muka diantaranya melalui program Belajar dari Rumah (BDR) yang ditayangkan di Televisi Republik Indonesia (TVRI) untuk jenjang pendidikan PAUD dan SD. Selain itu, tersedia juga tayangan pembelajaran yang bisa disaksikan di TV Edukasi dan Radio Edukasi.

Seperti halnya pemerintah, maka peserta didik (siswa) pun sudah harus menyiapkan diri. Saya berpikir, setelah melalui proses pendidikan jarak jauh (PJJ) selama beberapa bulan terakhir, maka para siswa minimal sudah semakin terbiasa dan tidak canggung lagi. Meskipun lagi-lagi, tentunya tetap tidak terasa nyaman.

Semangat belajar di awal tahun ini harus kembali dinyalakan. Proses pendidikan harus terus berjalan, meskipun di tengah berbagai keterbatasan. Para siswa sudah harus kembali menyiapkan hatinya untuk menerima materi pelajaran yang baru, bertemu dengan guru dan teman yang lain secara virtual. Kondisi boleh terbatas, namun semangat jangan sampai kendur.

Peran para orang tua juga menjadi cukup vital untuk selalu memberikan motivasi dan semangat pada anaknya sekaligus pada dirinya sendiri. Ya, pembaca pasti paham maksud saya. Proses belajar daring dalam banyak kasus ternyata tidak hanya menimbulkan beban mental bagi para siswa, tetapi juga bagi para orang tua.

Saya mendengar langsung keluhan beberapa orang teman yang setiap hari terpaksa harus mendampingi anaknya saat belajar secara daring. Mau tidak mau, tugas mereka semakin bertambah. Mau tidak mau juga, mereka harus ikut belajar supaya bisa mengulangi penjelasan yang sudah diberikan, bila nanti anaknya bertanya.

Mengobarkan api semangat saat harus kembali belajar memang bukan pekerjaan yang mudah. Apalagi setelah melewatkan liburan yang terasa hambar. Namun, api semangat itu memang harus dinyalakan kembali agar proses belajar yang segera dijalani tidak menjadi beban.

Demikian halnya dengan para guru pun harus melakukan hal yang sama. Memang benar, kondisi yang terjadi saat ini merupakan tantangan baru yang harus dihadapi para pendidik.

Para guru dituntut tidak sekadar menyiapkan dan menyampaikan materi ke para siswa. Namun lebih penting lagi, memastikan bahwa materi yang disampaikan bisa diserap dengan baik. Data ini mungkin bisa jadi bahan refleksi.

Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G) pada bulan November lalu sempat melakukan survei di 100 kabupaten/kota dan 29 provinsi, terlihat bahwa penyerapan materi pembelajaran siswa hanya 25 persen, khususnya PJJ melalui metode guru mengunjungi siswanya.

Akhirnya, momen kembali belajar di masa pandemi saat ini memang harus sama-sama dan segera dijalani. Di tengah berbagai keterbatasan dan ketidak laziman, semangat setiap elemen pendidikan semestinya tak pernah padam.

Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai salah satu tujuan mulia berdirinya bangsa ini tak pernah mensyaratkan kondisi-kondisi tertentu. Artinya, dalam kondisi apapun, cita-cita luhur tersebut tetaplah menjadi tugas dan tanggung jawab bersama untuk diwujudkan.

Selamat dan semangat kembali belajar, tetap patuhi protokol kesehatan. Kita tetap optimis dan penuh pengharapan, situasi-situasi sulit ini akan segera berakhir.

***

Jambi, 3 Januari 2021             

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun