Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Resmi Menjadi Menteri; Risma, Yaqut, Budi, dan Sandi "Berlari"

30 Desember 2020   21:42 Diperbarui: 30 Desember 2020   22:05 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi melantik enam Menteri (Foto: Antara Foto/Agus Suparto)

Kinerja seorang pejabat publik termasuk Menteri semestinya baru bisa dinilai di akhir masa kerjanya. Namun demikian, gebrakan-gebrakan awal yang dilakukan, pasti selalu ditunggu oleh publik. Itu bahkan kerap kali dijadikan penilaian apakah pejabat yang bersangkutan memberi harapan atau tidak.

Presiden Jokowi baru saja melantik enam Menteri baru di kabinetnya. Keenamnya memang murni sosok baru yang berasal dari luar kabinet. Tidak ada rotasi jabatan sebagaimana pernah dilakukan Jokowi pada periode pertama pemerintahannya yang lalu.

Bila mencermati pemberitaan di media massa, meskipun baru dilantik, beberapa nama Menteri baru ternyata sudah langsung berhasil pendapat perhatian publik. Mereka seperti ingin "berlari" kencang mengerjakan tugas, tanggung jawab dan target-target yang sudah diamanahkan Presiden.

Tri Rismaharini yang ditunjuk sebagai Menteri Sosial bahkan sudah langsung "blusukan" ke pemukiman-pemukiman kumuh khususnya yang ada di sekitaran wilayah kantor Kemensos. Mantan Walikota Surabaya ini berdialog dengan warga yang mayoritas adalah pemulung dan gelandangan. Risma berusaha mengajak mereka untuk pindah dari tempat tersebut sekaligus berjanji akan mencarikan sendiri tempat yang baru dan tentunya lebih layak.

Gebrakan Risma ini langsung mendapat respon positif dari banyak warga. Ketua DPRD DKI Jakarta yang kebetulan rekan Risma di PDI Perjuangan menyebut blusukan itu memang sudah ditunggu warga. Warga dunia maya yang terkenal hobi hingar bingar pun langsung menjadikan itu untuk menyindir dan memojokkan pihak yang lain. Anda tentu tahu yang saya maksud, bukan?

Sekali lagi, gebrakan awal Risma ini memang mendapat banyak pujian. Bersamaan dengan itu, tiba-tiba saja muncul wacana yang mengatakan Risma adalah figur yang tepat menjadi Gubernur DKI Jakarta. Agak aneh memang. Risma bahkan baru menduduki jabatannya dalam hitungan hari, tapi sebagian netizen sudah berangan-angan hal yang lain dan terlalu jauh.

Menteri Agama yang baru, Yaqut Cholil Quomas atau akrab disapa Gus Yaqut juga sudah langsung "tancap gas" setelah resmi dilantik. Ia menghadiri perayaan malam Natal di salah satu gereja yang cukup historis di Semarang. Ia juga menyampaikan pesan Natal yang oleh kebanyakan kalangan dianggap cukup menyejukkan.

Gus Yaqut secara marathon juga telah bertemu dengan para tokoh agama yang berpengaruh. Tentu saja itu bukan sekadar ajang silaturahmi belaka, melainkan Gus Yaqut sedang ingin meminta dukungan, saran, dan nasihat dari mereka. Harus diakui bahwa tantangan Gus Yaqut memang cukup berat. Peristiwa gesekan dan ketegangan atas nama agama, beberapa kali masih terjadi di negeri ini.

Budi Gunadi Sadikin yang ditunjuk sebagai Menteri Kesehatan menggantikan Terawan Agus Putranto pun demikian. Penunjukan Budi terbilang agak kontroversial. Sebagian kalangan mempertanyakan keputusan Presiden yang melangar "tradisi" menunjuk Budi yang jelas-jelas tak memiliki latar belakang sebagai dokter. Budi memang lebih dikenal sebagai seorang bankir.

Meskipun demikian, sebagian kalangan justru tak mempermasalahkan penunjukan Budi. Salah satu argumen yang dimunculkan bahwa di negara-negara lain, hal tersebut juga sudah dilakukan. Kementerian Kesehatan saat ini dianggap lebih butuh seorang manajer daripada seorang dokter.        

Tantangan besar dan paling aktual yang dihadapi Budi tentu saja berkaitan dengan pandemi Covid-19. Faktanya, tingkat penyebaran virus di negeri ini masih belum menunjukkan tanda-tanda akan menurun. Jumlah pasien yang terpapar virus sudah mencapai ratusan ribu orang. Sementara itu vaksinasi yang diharapkan bisa menjadi jalan penyelesaian masalah, juga harus melalui proses yang rumit dalam tahapan dan teknis pelaksanaannya.

Namun sekurang-kurangnya, Budi sudah berhasil mencuri perhatian publik saat menyampaikan konferensi pers perdananya. Banyak yang memberikan apresiasi. Budi dianggap mampu memetakan masalah dengan jelas, berbasis data dan jujur. Pengamat politik, Yunarto Wijaya sampai mengatakan ada harapan baru di tengah keputusasaan.

Sementara itu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno yang memang dikenal hobi dan jago berlari pun tak mau ketinggalan. Sandi seakan tak mau ambil pusing dan membuang waktu untuk meladeni berbagai serangan yang dialamatkan pada dirinya.

Sebagaimana diketahui, saat ditunjuk sebagai Menteri, Sandi memang dalam kondisi yang tidak ideal. Sandi "diserang" tidak hanya oleh warga yang memang tidak mendukungnya di Pilpres lalu tetapi juga para pendukung fanatiknya sendiri. Ulasannya bisa dilihat di tulisan saya sebelumnya. DISINI.

Sadar bahwa tugas yang diembannya sangat berat dan menantang, Sandi langsung "berlari" kencang. Sandi bertemu dengan Menko Kemaritiman dan Investasi di Bali membincangkan langkah-langkah strategis memajukan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Selesai di Bali, Sandi "berlari" lagi ke Sumatera Utara, mengunjungi Danau Toba yang sudah digadang-gadang pemerintah akan dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata "Bali baru". 

Kalau dipikir-pikir, semangat dan stamina Sandi memang luar biasa. Kita ingat, beberapa waktu lalu sebenarnya Sandi sempat dinyatakan tertular virus Covid-19. Siapa sangka, baru saja dinyatakan sembuh, ia justru mendapat kepercayaan Presiden dan langsung dilantik sebagai Menteri.

Kerja nyata

Tentu muncul pertanyaan, bagaimana dengan dua Menteri baru yang turut dilantik Jokowi? Ya, selain empat nama diatas, Jokowi juga melantik Wahyu Sakti Trenggono sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan serta M. Lutfi sebagai Menteri Perdagangan.

Mohon dimaafkan kalau salah, sepengetahuan saya, dua nama ini sepertinya memang terlihat belum "berlari" pasca resmi dilantik. Saya sudah mencoba memasukkan nama keduanya di mesin pencarian (Google). Hasilnya, halaman pertama hanya sekadar menampilkan profil dan rekam jejak keduanya.

Wahyu Sakti Trenggono disebut sebagai "raja menara" karena rekam jejaknya di bisnis telekomunikasi. Kita juga ingat sebagian kalangan sempat menyoroti rekam jejaknya sebagai komisaris salah satu perusahaan ekspor benih lobster. Ya, Menteri KP sebelumnya yang telah ditangkap KPK justru tersandung kasus di bidang ini.

Sama halnya dengan M.Lutfi. Halaman awal hasil pencarian juga belum ada yang memberitakan tentang gebrakannya di awal-awal ini. Masih sebatas pengenalan tentang sosok pribadinya. Lutfi sebelumnya sudah pernah dipercaya SBY sebagai Menteri, dan sebagainya.

Tentu saja saya tidak ingin membanding-bandingkan. Sekali lagi, kinerja para Menteri baru ini sepatutnya memang akan lebih baik serta objektif untuk dinilai saat mereka sudah benar-benar mengakhiri masa tugasnya.

Lagipula, harapan kita tentu saja tidak sekadar ingin digantungkan pada empat atau enam Menteri yang baru dilantik. Kita ingin seluruh Menteri yang lama maupun baru harus sama-sama bekerja nyata, membuktikan bahwa mereka memang punya kapasitas dan layak dipercaya untuk mengemban tugas negara.

***

Jambi, 30 Desember 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun