Pengalaman saya berinvestasi saham di pasar modal Indonesia mungkin bisa dikatakan belum apa-apa bila dibandingkan investor yang lain. Bulan April 2019 menjadi awal perkenalan saya dengan dunia investasi ini. Saya ikut Sekolah Pasar Modal (SPM) yang diselenggarakan oleh kantor perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) di kota ini dan sekaligus membuka rekening saham bersama peserta-peserta yang lain.
Beberapa momen dalam berinvestasi sudah saya alami. Pengalaman manis saat cuan hampir seratus persen dari salah satu emiten serta dapat dividen dari berbagai perusahaan. Sementara pengalaman pahitnya adalah saat beberapa kali harus menjual rugi saham yang saya punya termasuk pengalaman "nyangkut" gara-gara mengejar dividen saham perusahaan.
Ya, investasi saham seperti halnya bentuk investasi yang lain tidak ada jaminan akan selalu untung. Tetap ada potensi risiko kerugian yang harus dihadapi. Meski banyak yang mengatakan bahwa investasi saham menjanjikan potensi keuntungan yang besar, tetapi harus diingat potensi risikonya juga besar. High risk, high return.
Berdasarkan pengalaman dan pembelajaran, maka menurut hemat saya, siapapun yang tertarik ingin berinvestasi saham, wajib menyiapkan 2M. Tentu saja 2M yang saya maksud tidak sedang berbicara nominal dana investasi. Saat ini dengan bermodalkan uang seratus ribu rupiah saja sudah bisa langsung membuka rekening dan mulai berinvestasi saham. Adapun 2M dimaksud adalah Mindset (pola pikir) dan Money (uang)
Mindset
Saat berinvestasi apapun termasuk investasi saham, mindset (pola pikir) yang benar wajib untuk dimiliki. Idealnya, ini sudah harus dimiliki seorang investor sebelum benar-benar terjun di dunia saham. Meskipun banyak juga (termasuk saya) yang menerapkan prinsip learning by doing. Buat saya, ini semata-mata soal pilihan.
Merasakan langsung pengalaman manis dan pahit di dunia saham, menurut saya bisa dijadikan ajang pembelajaran yang mendewasakan. Tentu saja dengan prinsip sederhana. Bila merasa ilmu/pengetahuan kita masih sedikit, cobalah mulai dengan modal investasi yang sedikit pula. Jangan langsung dengan modal besar. Sehingga seandainya rugi, anggap saja itu sebagai ongkos belajar.
Salah satu mindset yang sangat penting dan harus dimiliki bahwa investasi saham bukanlah jalan pintas menjadi kaya raya. Buang jauh-jauh pikiran itu. Orang-orang terkaya di dunia (termasuk di Indonesia) yang juga investor saham menjadi buktinya. Tidak ada di antara mereka yang sukses dan menjadi kaya dalam sekejap mata. Semua menyaksikan hal yang sama; untuk berhasil di dunia saham, butuh waktu dan melalui proses panjang termasuk kemungkinan merasakan untung dan rugi.
Bila diibaratkan pertandingan olahraga, investasi saham bukanlah perlombaan adu cepat dalam lari jarak pendek (sprint) melainkan lari jarak panjang (marathon) yang butuh konsistensi dan stamina yang mumpuni.
Harus diingat bahwa di balik lembaran saham yang kita beli, ada bisnis perusahaan yang sedang bekerja. Sebagaimana bisnis, ada kalanya perusahaan untung dan di lain waktu justru mengalami kerugian.
Bila perusahaan untung, maka pemilik sahamnya pun untung. Pertama dari dividen yang dibagikan perusahaan. Kedua dari kenaikan harga saham. lazimnya para investor akan berlomba untuk membeli saham perusahaan bagus yang mencetak laba/keuntungan. Hukum pasar berlaku; semakin tinggi permintaan maka harga akan meningkat.
Dengan menyadari bahwa semua butuh proses dan waktu, daripada bermimpi kaya raya dalam waktu singkat, akan jauh lebih baik belajar mendisiplinkan diri agar konsisten menambah dana investasi di pasar saham.
Kesabaran juga menjadi faktor kunci yang sangat diperlukan. Sekali lagi, belajar dari tokoh investor yang berhasil. Mereka tidak pernah terpengaruh pada fluktuasi harga saham yang setiap hari selalu naik dan turun seiring sentimen para pelaku pasar. Mereka terus fokus dan sabar menantikan harga saham yang dimiliki terus mengalami kenaikan seiring peningkatan kinerja perusahaan.
Ini jadi pembelajaran penting. Ketika kita masuk dalam dunia saham, maka mengendalikan diri sendiri menjadi sangat penting supaya tidak mudah terombang-ambing bahkan terseret arus ikut-ikutan melakukan transaksi jual-beli saham hanya berdasarkan rumor dan sentimen yang beredar. Aksi kepanikan jual atau beli saham di pasar modal sangat sering terjadi dan bila tidak mampu menahan diri, kita pun bisa ikut-ikutan melakukannya.
Bagaimana caranya agar memiliki mindset yang benar sebagai investor saham? Menurut saya, tentu saja melalui belajar dan latihan terus-menerus. Ibarat tanaman, mindset perlu ditumbuhkan, dirawat dan "dipupuk" secara konsisten.
Saat ini media pembelajaran sangat banyak, dari yang gratisan sampai berbayar. Buku-buku pembelajaran tentang investasi saham juga dengan mudah bisa didapatkan. Bahkan kita bisa belajar melalui konten-konten yang beredar di media sosial misalnya Instagram maupun Youtube. Intinya, sudah tidak ada alasan untuk tidak belajar. Sekarang tinggal soal kemauan.
Money
Untuk berinvestasi, tentu saja butuh modal alias uang. Harus diingat bahwa uang yang digunakan adalah "uang dingin". Maksudnya, uang yang benar-benar tidak digunakan minimal dalam jangka waktu dekat. Dengan kata lain, andaipun itu harus hilang, kehidupan kita tidak akan terganggu.
Lupakan dan jangan coba-coba menggunakan dana kebutuhan sehari-hari apalagi hutang untuk berinvestasi saham. Kembali lagi, investor harus menyadari bahwa di pasar modal, fluktuasi harga saham terjadi setiap saat seiring sentimen yang memengaruhi pelaku pasar. Tidak ada yang bisa memprediksi secara tepat naik turunnya harga suatu saham.
Lebih baik bahkan sangat disarankan untuk menggunakan dana dalam jumlah yang kecil saat mulai berinvestasi. Tidak usah serakah dan tidak perlu khawatir "ketinggalan kereta" membeli saham-saham yang bagus. Di antara tujuh ratusan perusahaan publik (sahamnya diperdagangkan) di Bursa Efek Indonesia, ada banyak perusahaan bagus yang bisa kita beli sesuai kesanggupan dana yang dimiliki.
Dalam dunia saham ada istilah terkenal "compounding interest" yang makna sederhananya adalah agar dana investasi kita bertumbuh secara optimal, maka sebaiknya jangan terburu-buru menarik dan menikmati keuntungan yang sudah diperoleh. Sebaliknya, keuntungan itu harus terus diinvestasikan. Dengan demikian, modal investasi kita menjadi bertambah sekaligus bertumbuh dari waktu ke waktu.
Dana investasi yang kita miliki juga sebaiknya tidak seluruhnya langsung dibelikan saham. Tetap alokasikan dana untuk pengembangan diri misalnya membeli buku-buku pengetahuan tentang investasi saham, mengikuti pelatihan/seminar, dan sebagainya. Sebaik-baiknya investasi adalah dengan terlebih dahulu investasi ke diri sendiri. Â
Pola pikir bahwa tujuan kita berinvestasi saham adalah persiapan menikmati masa pensiun yang bebas finansial juga harus terus dipegang teguh. Pepatah sedikit demi sedikit menjadi bukit sangat tepat diterapkan saat berinvestasi saham. Tidak perlu minder atau kecil hati walaupun dana investasi yang bisa digunakan masih sangat terbatas. Toh, investasi saham bukanlah perlombaan menjadi kaya dalam waktu singkat.
***
Jambi, 27 Desember 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H