Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB, Herry Purnomo, sekaligus ilmuwan dari Center for International Forestry Research (Cifor) telah melakukan penelitian yang berhasil mengungkap bahwa kebakaran hutan dan lahan justru menguntungkan pihak-pihak tertentu, meski dampaknya menyiksa masyarakat.
Metode membakar memang sengaja dipilih karena cara pengolahan lahan yang lain memerlukan biaya yang lebih mahal, apalagi di lahan gambut. Masih menurut Herry, harga lahan kian meninggi setelah dibakar mencapai Rp 11 juta per hektar.
Berbeda dengan harga sebelum dibakar, yaitu Rp 1,5 juta per hektar. Saat hujan mulai turun, sawit pun mulai ditanam. Kala usia tanamannya mencapai tiga tahun, harganya melonjak hingga Rp 40 juta per hektar.
Menjaga alam  Â
Akhirnya, peristiwa kabut asap akibat karhutla memang harus diakui sebagai bukti bahwa kita telah gagal menjaga alam. Kegagalan kita menjaga alam akhirnya merugikan bahkan membuat kita sengsara.
Sang Pencipta sudah merancang alam dan ekosistemnya dengan begitu teratur dan sempurna. Manusia akan tetap merasa nyaman dan terlindungi bila keseimbangan alam bisa terus dijaga.
Ada simbiosis mutualisme disana. Manusia bertugas menjaga alam dan alam akan menjaga kehidupan umat manusia. Sejak awal, alam bahkan memang disiapkan sebagai tempat tinggal sekaligus untuk memenuhi kebutuhan manusia.Â
Tetapi alam memang tidak akan pernah mampu apalagi cukup untuk memenuhi keserakahan manusia.Â
***
Jambi, 20 September 2019 Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H