Sekali lagi perlu ditegaskan, peristiwa karhutla bukanlah hal yang baru terjadi belakangan ini di Indonesia. Itu sudah pernah terjadi puluhan tahun yang lalu dan berbagai dokumentasi, kajiannya pun masih ada.Â
Namun kembali lagi, kita tidak mampu belajar dengan baik dari pengalaman-pengalaman yang sudah ada. Â Â
Kesiapsiagaan dan pencegahan
Selain kurang belajar dari pengalaman, tingkat kesiapsiagaan dan pencegahan kita juga cenderung masih rendah. Kita ambil contoh terdekat. Setelah kebakaran hebat yang terjadi 2015, sebenarnya sudah terjadi penurunan jumlah titik panas secara drastis di tahun-tahun berikutnya.Â
Kebakaran memang terjadi di beberapa titik lokasi, namun masih dalam skala yang kecil dan bisa langsung cepat diatasi.
Namun sepertinya kita menjadi cepat puas dan tidak waspada. Ketidaksiapan dan kurangnya pencegahan itu yang akhirnya "berbuah" di tahun ini. Diawali kemarau panjang yang terjadi sejak pertengahan tahun, karhutla secara masif terjadi lagi.
Lemahnya pencegahan itu harus dibayar mahal. Ratusan ribu hektar lahan sudah habis terbakar. Ratusan ribu warga terancam kesehatannya akibat menghirup debu dan asap.Â
Aktivitas ekonomi, pendidikan, hingga jadwal penerbangan menjadi terganggu. Kekayaan hayati kita hancur seketika. Termasuk aneka satwa yang ikut menjadi korban.
Saat ini pemerintah terpaksa harus sibuk melakukan upaya pemadaman guna mencegah kebakaran semakin meluas. Setiap harinya, miliaran rupiah habis untuk membawa dan menjatuhkan air dari atas helikopter, termasuk berbagai upaya membuat hujan buatan.
Presiden Jokowi menyesalkan kurangnya pencegahan yang dilakukan pemerintah setempat. Padahal, sejak peristiwa kebakaran 2015 sudah dilakukan berbagai upaya agar kejadian serupa tidak berulang, diantaranya pembentukan regulasi serta simpul-simpul kelembagaan hingga di tingkat tapak.
Semestinya, berbekal pengalaman yang ada, kita sudah bisa menyiapkan strategi untuk mencegahnya. Kita sudah kenal bahaya karhutla, sudah seharusnya kita siap siaga dan melakukan pencegahan untuk mengurangi risikonya.