Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Upaya Kita Menjaga Lingkungan dan Hutan yang Tersisa

8 September 2019   12:08 Diperbarui: 8 September 2019   12:17 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tahun 2015, terjadi peristiwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang cukup hebat di beberapa daerah di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Papua. Di pulau Sumatera, karhutla yang paling parah terjadi di tiga provinsi yaitu Riau, Sumatera Selatan dan Jambi.            

Saya masih ingat betul peristiwa tersebut karena ikut merasakan langsung hari-hari berkabut kala itu. Ya, udara di kota ini penuh dengan kabut asap yang memerihkan mata dan menyesakkan dada.

Pemerintah kota lalu sibuk memberikan himbauan agar warga mengurangi aktivitas di luar rumah serta selalu mengenakan masker agar terhindar dari bahaya asap yang bisa mengganggu kesehatan. Selama beberapa hari, sekolah juga sempat diliburkan demi alasan menjaga kesehatan anak-anak. Beberapa jadwal penerbangan dari dan menuju Jambi juga jadi berantakan.

Saya juga sempat merasakan betapa menyebalkan ketika pesawat yang saya tumpangi dari Jakarta saat hampir mendarat di Jambi terpaksa harus kembali lagi ke Jakarta karena alasan jarak pandang untuk mendarat terlalu dekat akibat tertutup kabut asap. Itu dianggap bisa membahayakan keselamatan. Keesokan harinya, mau tak mau, akhirnya saya melanjutkan perjalanan dari Jakarta menuju Jambi dengan menggunakan moda transportasi darat.

Kabut asap menyelimuti kota Jambi (Foto: jambi.tribunnews.com)
Kabut asap menyelimuti kota Jambi (Foto: jambi.tribunnews.com)

Saat itu, aktivitas keseharian warga benar-benar terganggu. Banyak warga khususnya anak-anak yang terpaksa dirawat di rumah sakit karena mengalami ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Yang paling memilukan, bahkan ada yang meninggal dunia.

Setelah peristiwa kelam tersebut, tahun-tahun berikutnya peristiwa karhutla memang relatif lebih bisa diatasi, ditambah lagi bantuan curah hujan yang membasahi bumi.

Tiba pertengahan 2019, seiring beberapa bulan sebelumnya telah terjadi kemarau cukup panjang, lalu dikabarkan telah muncul lagi titik-titik api di sejumlah lokasi. Benar saja dan tidak menunggu waktu yang lama, kabut asap kembali menyelimuti kota ini. Sekolah sempat diliburkan beberapa hari, aktivitas warga terganggu lagi. Bayang-bayang peristiwa kelam 2015 muncul kembali.  

Saya dan isteri yang baru saja mendapatkan buah hati juga menjadi kuatir dan was-was hati terlebih ketika kabut asap itu sudah mulai berhasil masuk ke dalam rumah. Kemudian saya mendapat kabar seorang teman yang tinggal di Pekanbaru, anaknya yang masih bayi terpaksa harus dirawat di rumah sakit akibat terpapar kabut asap. Demi alasan keselamatan, bayinya itu akhirnya "diungsikan" ke daerah lain menunggu sampai kabut asap hilang.     

Isu global

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun