Pesta "bona taon" alias pesta awal tahun merupakan acara tahunan yang diselenggarakan perkumpulan marga suku Batak atau perkumpulan warga (suku Batak) dalam satu lingkungan tempat tinggal. Ini adalah pesta sukacita dan penuh kegembiraan.
Biasanya, acara pesta diawali dengan ibadah singkat dilanjutkan makan siang bersama. Selanjutnya, laporan pertanggung jawaban panitia pesta dan tentu saja pengurus perkumpulan berkaitan program kerja serta kondisi keuangan yang sudah berjalan dalam setahun penuh. Â
Akhirnya, acara paling ditunggu-tunggu adalah manortor yang diatur secara berkelompok dan bergiliran, tentu saja diiringi musik yang membuat suasana semarak dan meriah sambil mengumpulkan uang melalui sawer-menyawer. Adapun uang yang terkumpul akan digunakan untuk membiayai pesta sekaligus mengisi kas keuangan.
Sekali lagi, ini adalah tradisi tahunan yang memang rutin dilaksanakan di awal tahun. Tidak heran bila sepanjang bulan Januari-Februari-Maret, secara khusus saat weekend (Jumat-Minggu), gedung-gedung pertemuan biasanya akan ramai dengan acara pesta "bona taon".
Kemarin, saya baru saja mengikuti pesta "bona taon" marga pihak istri saya. Sebagaimana sudah saya sampaikan sebelumnya, rangkaian acara persis sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Diawali dengan ibadah singkat, makan bersama, dan seterusnya.
Yang menarik, di tengah-tengah acara manortor, pembawa acara mengumumkan bahwa ada tamu yang berkenan hadir dan ingin menyampaikan sesuatu. Sejak awal saya sudah menduga bahwa tamu dimaksud pastilah caleg (calon anggota legislatif) yang memang sudah bisa saya kenali wajahnya melalui berbagai poster dan spanduk di tepi jalan, saat mereka sudah memasuki gedung tempat acara pesta.
Dugaan saya benar. Mereka berjumlah 4 orang, masing-masing dari partai politik yang berbeda. Dari nama dan marga yang dimiliki, jelas bahwa mereka berasal dari suku Batak. Meskipun, marga mereka berbeda dengan marga yang sedang berpesta "bona taon".
Acara "khusus" tersebut berlangsung kurang lebih 30 menit. Para caleg hanya sekadar memperkenalkan diri dan keluarganya, latar belakangnya, permintaan/ajakan untuk memilih sambil membuat simulasi pencoblosan nama dan nomor urut mereka di kertas suara.Â
Ternyata, tidak ada yang keberatan sama sekali dengan acara dadakan tersebut meskipun jelas-jelas itu tidak masuk dalam rencana rangkaian acara pesta. Seolah-olah tidak ada yang terganggu meskipun acara pesta sempat diinterupsi lebih dari setengah jam hanya untuk mendengarkan para caleg berkampanye.
Padahal sebelumnya, saya mendengar pembawa acara beberapa kali mengingatkan tentang pentingnya efisiensi waktu pada seluruh undangan. Maksudnya tentu saja agar seluruh rangkaian acara yang sudah direncanakan bisa berjalan dengan lantar dan tertib penggunaan waktunya.
Pertanyaannya, apakah kegiatan berkampanye di tempat umum seperti acara "bona taon" ini bisa dikategorikan melanggar aturan? Tentu dengan cepat bisa kita jawab, tidak. Faktanya sejauh ini kita belum pernah mendengar Bawaslu menegur apalagi mengambil tindakan berkaitan hal ini.