Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Prostitusi Daring dan Korban-korban

10 Januari 2019   00:50 Diperbarui: 10 Januari 2019   01:38 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Polisi menangkap artis yang diduga terlibat dalam praktik prostitusi online. Berdasarkan penjelasan, kronologi, dan bukti-bukti yang dimiliki pihak kepolisian, si artis jelas-jelas merupakan tersangka alias pelaku dalam kasus ini.

Pada perkembangannya, si artis sudah diperiksa dan dimintai keterangan dan akhirnya dipulangkan oleh pihak kepolisian. Apakah itu berarti si artis hanya dianggap sebagai korban?

Kasus ini memang masih sedang dan terus diusut lebih mendalam guna menjerat pihak-pihak yang terlibat. Kembali pertanyaan diatas, apakah artis tersebut adalah korban? Saya kira, bisa dianggap demikian.

Kita bisa menyaksikan, setelah kasus ini terungkap, nama si artis langsung menjadi bulan-bulanan bahan cemoohan dan hujatan atau sekadar guyonan. Media langsung ramai memberitakan, bahkan sisi-sisi kehidupan pribadinya pun diumbar ke permukaan. Foto-foto seronok miliknya pun beredar luas di dunia maya.

Tulisan terakhir si artis di akun media sosial "Menjemput rejeki 2019" langsung viral dan menjadi bahan olokan. Belakangan postingan tersebut sudah dihapus mungkin saking tak tahan menerima berbagai cemoohan.

Ya, sanksi sosial yang harus diterimanya terasa lebih berat bahkan langsung menghunjam begitu cepat dibandingkan sanksi hukum yang barangkali akan segera dijatuhkan. Kita bisa bayangkan rasa malu yang harus ditanggungnya dan tentu anggota keluarga terdekatnya menghadapi cemoohan dan sikap sinis masyarakat.

Apakah hanya si artis yang menjadi korban dalam kasus ini? Menurut saya, pihak kepolisian pun bisa dikatakan ikut menjadi korban. Lihatlah komentar-komentar miring yang ditumpahkan banyak orang, menuding pihak kepolisian telah mengeksploitasi kasus ini dengan membuka identitas si artis ke publik, sementara identitas mucikari dan pemakai jasanya malah tak segera diungkap.

Sementara beberapa media juga bisa dikatakan sebagai korban karena keranjingan memberitakan kasus ini terus menerus. Demi merebut dan menarik minat pembaca, sisi kehidupan pribadi si artis dieksploitasi sedemikian rupa bahkan yang tak ada relevansi dan korelasinya dengan kasus ini.   

Kasus ini dianggap memiliki nilai jual yang cukup tinggi karena kebetulan melibatkan artis selaku public figure yang barangkali sudah dikenal bahkan menjadi idola publik. Bila yang terlibat bukan dari kalangan artis, saya menduga barangkali pemberitaannya takkan semassif dan "seserius" ini.         

Lalu kita, makhluk ciptaan Tuhan paling kepo tanpa sadar ikut menjadi korban dengan terus-menerus menikmati pemberitaan kasus ini. Segala hal yang berkaitan maupun yang dikait-kaitkan dengan kasus ini sepertinya selalu menarik untuk sekadar dibaca dan ditonton. Beberapa orang selalu penasaran menunggu bahkan mencari sendiri pemberitaan media berkaitan dengan kasus ini.    

Dalam beberapa kesempatan kita juga terus membincangkan kasus ini entah dengan serius atau dengan nada-nada canda. Kita menggunjingkan dugaan besaran tarif 80 juta yang terdengar seperti kurang masuk akal. Kita menertawakan pernyataan dan permintaan maaf salah satu artis yang terkesan seperti dibuat-buat. Dan sebagainya.

Sementara kasus ini masih sedang dalam tahap pengembangan penyelidikan oleh pihak kepolisian, kita malah sudah sibuk membuat ragam cerita, dugaan bahkan kesimpulan.

Akhirnya kegembiraan, optimisme dan semangat memasuki tahun yang baru sepertinya begitu cepat berlalu. Otak pikiran kita sudah langsung dipenuhi ragam pemberitaan sensasional semacam ini yang entah apa manfaatnya.

Atau jangan-jangan kita harus bersyukur ada berita heboh ini, minimal untuk menggantikan kisruh perdebatan para politisi di ruang publik yang selalu memenuhi ruang publik dan tentu saja selalu menjemukan.   

***

Jambi, 10 Januari 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun