Namun, lanjut Menag, belakangan ada kasus "benturan" budaya dan agama; sesuatu yang tidak terjadi sebelumnya. Budaya yang mengandung nilai spiritualitas dan agama yang membutuhkan budaya sebagai ruang aktualisasi, tiba-tiba seperti berhadapan antara satu dengan yang lain.Â
Sekali lagi, mengutip pernyataan Menag, kasus "benturan" budaya dan agama yang terjadi baru-baru ini merupakan sesuatu yang tidak terjadi sebelumnya. Apa penyebabnya, refleksinya dan bagaimana langkah-langkah antisipasinya? Itulah yang coba dirumuskan saat pertemuan bersama para agamawan dan budayawan.
Tentu kita sependapat bahwa pertemuan dan dialog semacam ini memang perlu terus ditingkatkan. Setiap fenomena sosial yang terjadi di tengah masyarakat memang harus segera dibicarakan sebagai bahan refleksi bersama guna mencegah hal itu terulang kembali.
Tak bisa dimungkiri, setiap zaman memiliki tantangan dan potensi permasalahan yang berbeda. Di era kekinian dengan kemajuan teknologi informasi dan globalisasi, membincangkan isu seputar budaya dan agama tetap aktual bahkan masih terus menjadi sebuah kebutuhan.
Ruang-ruang dialog harus terus dibuka hingga ke tingkat paling rendah, agar seluruh masyarakat Indonesia mendapatkan pemahaman yang utuh dan menyeluruh bahwa antara agama dan budaya di Indonesia semestinya bisa saling menjaga sebagaimana sudah terjalin berpuluh tahun lamanya.
Ibarat dua sisi koin yang terpisahkan, kemajuan zaman saat ini bisa bermakna potensi dan peluang memajukan bangsa namun bisa juga bermakna potensi dan ancaman yang mungkin membahayakan bangsa. Bagaimana kita bisa bertahan?
Kita belajar dari sejarah. Bila berpuluh-puluh tahun lamanya, rumah kebangsaan kita tetap berdiri tegak, itu karena agama dan budaya sebagai fondasinya masih tetap berdiri kokoh sebagai penopang.
Dalam konteks berbangsa, semestinya agama dan budaya tak boleh dipertentangkan. Keduanya terbukti bisa berkembang secara harmonis di bumi Nusantara. Lagi-lagi bila kembali mengingat sejarah, kita tahu bahwa perkembangan penyebaran agama di Indonesia bahkan banyak dilakukan lewat strategi budaya lokal daerah yang sudah ada. Ini yang dilakukan Wali Songo, misalnya. Â Â
Sekali lagi, dalam konteks kekinian dialog budaya dan agama memang penting untuk terus digalakkan. Peningkatan kesadaran, penyamaan pemahaman serta penemuan titik temu antara agama dan budaya di Indonesia merupakan kebutuhan yang takkan lekang oleh zaman.
Itu semua dilakukan semata-mata karena kita menyadari dan memahami bahwa agama dan budaya sejatinya merupakan fondasi "rumah" Indonesia yang tentu wajib kita jaga. Â Â Â