Setiap gelar juara tentu saja merupakan hal yang istimewa bagi pemain. Dalam turnamen bulutangkis, pemain yang tiba di partai puncak (final) penentuan peraih gelar juara, tentu sudah melewati pertandingan-pertandingan seru di babak sebelumnya.Â
Ada kalanya pemain harus bertemu lagi dengan pemain yang sudah pernah mengalahkannya di turnamen sebelumnya. Jika sedang "naas", berdasarkan undian, seorang pemain non unggulan bisa saja harus melakoni laga berat sejak babak awal melawan pemain yang berperingkat teratas dunia atau bahkan unggulan di turnamen tersebut.Â
Turnamen bulutangkis China Terbuka 2018 sudah tiba di partai final. Nomor tunggal putra akan mempertemukan Anthony Sinisuka Ginting menghadapi pebulutangkis Jepang, Kento Momota. Di babak semifinal, Ginting sukses mengalahkan Chou Thien Chen (Taiwan). Sementara Kento berhasil memupuskan harapan pemain tuan rumah, Shi Yuqi.Â
Selangkah lagi jika berhasil, Anthony Ginting akan meraih gelar juara "istimewa". Mengapa saya sebut "istimewa" berikut ulasannya.Â
Pertama, Ginting menjadi satu-satunya pemain Indonesia yang akan bertanding di babak final. Di luar dugaan, ganda putra andalan Indonesia, Kevin/Marcus yang difavoritkan bisa lolos ke final bahkan juara justru tumbang di babak semifinal. Pasangan ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu juga mengalami nasib serupa.Â
Dengan demikian, Ginting menjadi satu-satunya harapan bagi Indonesia untuk membawa pulang satu gelar juara dari turnamen ini.
Kedua, Ginting bukanlah pemain unggulan turnamen namun diluar dugaan berhasil mengalahkan pemain-pemain top dunia. Ginting berhasil menyingkirkan Lin Dan, Victor Axelsen, Chen Long, dan Chou Thien Chen. Ginting bisa dikatakan sebagai "pembunuh raksasa" bulutangkis tunggal putra dunia di turnamen ini.
Ketiga, Kento yang menjadi lawan Ginting tercatat sebagai pemain nomor satu dunia. Gelar itu memang baru bisa resmi disandang Kento mulai pekan depan, terlepas Kento menjadi juara turnamen ini atau tidak. Â Â
Kemenangan atas Shi Yuqi di semifinal sudah cukup memastikan Kento berhasil mengakumulasi poin tertinggi mengungguli Shi Yuqi dan Victor Axelsen. Patut dicatat pula bahwa Kento sepanjang tahun ini saja sudah mengoleksi sejumlah gelar bergengsi yang menambah rasa kepercayaan dirinya. Sebut saja Jepang Terbuka 2018, Indonesia Terbuka 2018, dan tentu saja Kejuaraan Dunia 2018.
Tentu sangat istimewa jika Ginting sukses mengalahkan Kento yang tak lain merupakan unggulan ketiga di turnamen ini. Ginting yang hanya berperingkat 13 besar dunia bisa merusak "pesta" perayaan Kenta yang akan menyandang gelar pemain nomor 1 dunia. Â Â Â Â
Keempat, sebagaimana dikutip dari laman PBSI, China Terbuka 2018 ternyata merupakan final level Super 1000 pertama bagi Ginting. Akan sangat istimewa tentunya, jika Ginting berhasil juara di pengalaman perdananya ini. Â Â Â
Kelima, untuk mempertajam rekor pertemuan Ginting dan Kento. Sejauh ini, rekor pertemuan memang masih dipegang Kento.
Di babak semifinal nomor beregu putra, Kento berhasil mengalahkan Ginting lewat pertarungan ketat tiga set. Di nomor perseorangan, justru Ginting yang berhasil membalaskan kekalahannya atas Kento dengan dua set langsung sekaligus mengamankan tiket ke semifinal. Â Â Â Â
Kita mendoakan yang terbaik buat Anthony Ginting. Pemain muda andalan Indonesia ini selangkah lagi akan meraih gelar juara yang bernilai sangat istimewa di turnamen China Terbuka 2018. Mejuah-juah, Ginting.
***
Jambi, 22 September 2018 Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H