Muhammad Zainul Majdi, akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) resmi memasuki masa purnatugas sebagai Gubernur Nusa Tenggara Barat. Masa jabatan Gubernur Nusa Tenggara Barat Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi atau TGB dan wakilnya Muhammad Amin berakhir pada Senin, 17 September 2018.Â
Dalam prosesi pelepasan jabatan yang dihadiri ribuan warga, pelajar, santri dan PNS di kota Mataram, TGB menyampaikan terimakasih kepada seluruh masyarakat NTB, baik dari tokoh masyarakat, tokoh agama, tuan guru, anak muda NTB, santri, dan para Bupati / Walikota yang pernah memimpin dan masih memimpin karena membantunya membangun NTB, sehingga dapat berkembang dan seperti saat ini.Â
Selain menyampaikan terimakasih, TGB juga menghaturkan permintaan maaf apabila ada sesuatu hal, bahkan mungkin banyak hal yang menurut masyarakat kurang tepat, baik dari kebijakan, perilaku atau apapun selama 10 tahun menjabat Gubernur NTB.
"Saya mohon untuk dimaafkan. Saya agak terharu mendapatkan kehormatan sangat besar beserta keluarga dan Wagub dan untuk semua kehormatan dan penghormatan itu, kerja dan pengkhidmatan kami untuk NTB tidak akan pernah selesai dan putus. Kami akan tetap bekerja dan berkhidmat untuk NTB," kata TGB.
Karier politik TGB bisa dikatakan penuh warna-warni. Namanya sempat mendapat sanjung puji lantaran dinilai berhasil memimpin dan membawa kemajuan bagi NTB, provinsi kecil dan selalu dianggap agak terbelakang dari sisi pembangunan.Â
Berbagai penghargaan telah diterimanya sebagai bukti pengakuan atas kerja keras, inovasi dan usaha yang dilakukannya sebagai pemimpin. Tahun 2017, TGB bahkan menerima Leadership Award sebagai kepala daerah terbaik dalam kepemimpinan birokrasi dan sosial.Â
Kemampuan kepemimpinan ditambah citra, latar belakang pribadi dan pendidikannya yang lekat dengan Islam, membuat nama TGB bahkan sempat digadang-gadang menjadi kandidat capres alternatif yang cukup potensial diluar Jokowi dan Prabowo.Â
Saat namanya masih terus disanjung puji, TGB tiba-tiba membuat pernyataan politik yang cukup mengejutkan. Ia menyatakan mendukung kepemimpinan petahana (Jokowi) dilanjutkan satu periode lagi. Â
Apapun alasan rasional yang coba disampaikan, pernyataan TGB sontak mengejutkan banyak pihak. Masih jelas dalam ingatan, pada Pilpres 2014 lalu, TGB merupakan "tokoh kunci" dibalik keunggulan perolehan suara Prabowo atas Jokowi khususnya di NTB.Â
Selain itu, TGB juga masih tercatat sebagai kader bahkan pengurus partai Demokrat. Lalu banyak yang mengira bahwa TGB kecewa bahkan sakit hati lantaran partai Demokrat justru terkesan lebih mengutamakan upaya mendorong pencalonan AHY ke kancah politik nasional dibanding dirinya.
Keputusan TGB yang terang-terangan mendukung Jokowi di Pilpres 2019 juga banyak disoroti sebagian kalangan dan tokoh-tokoh yang mengatasnamakan umat Islam. Banyak yang menyampaikan kekecewaan bahkan kecaman.Â
Kepemimpinan TGB juga benar-benar diuji ketika beberapa daerah di NTB mengalami gempa secara bertubi-tubi. Ratusan nyawa melayang. Banyak rumah dan fasilitas publik yang hancur berantakan.
Tugas yang sangat berat harus dipikul TGB tepat menjelang akhir masa jabatannya. Ia harus mampu segera membangkitkan kembali semangat dan optimisme warga yang baru tertimpa bencana, termasuk pendistribusian bantuan-bantuan agar tepat sasaran dan tentunya upaya-upaya penanganan dan perbaikan pasca gempa.
Bertambah lengkap, tepat menjelang masa purnatugasnya, nama TGB juga dikait-kaitkan dalam satu kasus korupsi di NTB. Media nasional, Tempo bahkan sampai merasa perlu membuat ulasan khusus terkait kasus tersebut sembari mengaitkan keterlibatan nama TGB di dalamnya.Â
Kisah dan perjalanan hidup TGB menjadi cerminan bahwa seorang pemimpin memang harus siap sedia kala dipuji maupun diuji. Mereka yang pernah memberikan sanjung puji, suatu ketika bisa saja menjadi orang yang paling bersemangat menghujat dan melontarkan caci maki.Â
Pada akhirnya, pembuktian integritas diri tetap menjadi hal terpenting. Saat ini TGB hanya perlu membuktikan bahwa dirinya benar-benar tidak terlibat dalam kasus korupsi yang sedang dituduhkan saat ini dan publik akan tetap mengenangnya sebagai sosok pemimpin yang hebat dan berprestasi, terlepas apapun pilihan politik yang diambilnya kini dan nanti. Â Â Â
***
Jambi, 18 September 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H