Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siasat Demokrat Mendekati Poros Jokowi

14 Juli 2018   16:34 Diperbarui: 14 Juli 2018   16:48 1076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Foto: merdeka.com)

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Agus Hermanto memenuhi undangan PDI Perjuangan ke kantor DPP PDI P di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat. Agus yang diterima Sekjen PDI P, Hasto Kristiyanto mengatakan agenda pertemuan terkait dengan Pilpres 2019.

Hasto menambahkan, pertemuan tersebut masih akan ditindaklanjuti dengan pertemuan berikutnya, dimana Demokrat yang selanjutnya akan mengundang PDI P.

Sebelumnya, tokoh-tokoh Demokrat juga sudah bertemu elite Gerindra membahas isu pencapresan, termasuk ajakan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto menggandeng AHY sebagai cawapresnya. Namun, pascapertemuan itu belum diketahui langkah selanjutnya dari kedua partai tersebut.

Gerak cepat Demokrat terutama saat mendekati poros Jokowi tentu bisa dimaklumi. Terlebih lagi, sesuai jadwal, masa pendaftaran capres-cawapres tinggal menghitung hari, 4-10 Agustus 2018. Demokrat tentu tak mau "ketinggalan kereta". Mereka harus segera mengambil keputusan penting terkait Pilpres mendatang.

Sebelum pertemuan kemarin, Demokrat melalui AHY sebenarnya juga sudah pernah bertemu Jokowi di Istana Negara, 6 Maret 2018. Sebagai hasil dari pertemuan tersebut, Jokowi hadir di pembukaan Rapimnas Partai Demokrat di Sentul, Jawa Barat pada 10 Maret 2018.

Waktu itu banyak yang memprediksi, pertemuan tersebut sebagai simbol kemungkinan Jokowi akan berpasangan dengan AHY di Pilpres mendatang. Seiring berjalannya waktu, wacana tersebut seolah "menguap" lalu Demokrat coba menjajaki kemungkinan koalisi dengan poros di luar pemerintahan.

Situasinya ternyata tak sesuai harapan. Masing-masing partai di luar pemerintahan pun masih kesulitan memutuskan figur capres-cawapres yang akan diusung. Masing-masing berlomba mengajukan kadernya minimal sebagai cawapres.

Pada kondisi yang serba tidak menguntungkan tersebut, Demokrat sepertinya sudah mulai melakukan hitung-hitungan yang lebih realistis. Belakangan, tiada lagi dihembuskan "syarat mutlak" AHY harus menjadi cawapres jika ingin berkoalisi dengan poros Jokowi.

Isu terkini, nama-nama bakal cawapres Jokowi sudah mengerucut pada 5 nama dan akan segera diumumkan dalam waktu dekat. Hampir dapat dipastikan, nama AHY tidak termasuk di dalamnya. Sebaliknya, nama salah satu kader Demokrat yaitu TGB (Tuan Guru Bajang) yang baru-baru ini sudah menyatakan dukungan pada Jokowi, disebut-sebut masuk di dalamnya.

Jokowi dan TGB (Foto: kompas.com)
Jokowi dan TGB (Foto: kompas.com)
Siasat Demokrat yang coba merapat ke poros Jokowi juga bisa dipandang sebagai cara untuk "menekan" poros di luar pemerintahan yang hingga kini masih galau membuat keputusan. Bagaimanapun, Demokrat memiliki syarat jumlah suara yang cukup signifikan untuk memenuhi syarat minimum pengajuan capres-cawapres.

Andaipun akhirnya Demokrat tetap tak ikut dalam koalisi yang digagas parpol di luar pemerintahan, mereka sudah punya opsi untuk mendukung koalisi poros Jokowi, tentu dengan catatan tidak memaksakan klausul AHY harus maju menjadi cawapres.

Sejauh ini, peluang Jokowi untuk memenangkan Pilpres 2019 memang sangat terbuka lebar. Dukungan "last minutes" yang diberikan TGB diyakini cukup mengapus stigma Jokowi yang dianggap anti islam/ulama.

Apalagi kita ingat, TGB sempat dijadikan simbol dan panutan golongan islam bahkan ia pun digadang-gadang menjadi kandidat potensial yang siap menjadi penantang Jokowi di Pilpres 2019.

Saat ini desas-desus Jokowi akan memilih tokoh kalangan muslim untuk mendampinginya di Pilpres mendatang kian menguat. Selain Mahfud MD, ternyata nama TGB juga termasuk didalamnya.        

Demokrat memang sudah seharusnya tak perlu terlalu memaksakan AHY, sang "putra mahkota" harus maju di Pilpres mendatang. Di usianya yang masih muda, lebih baik AHY dipersiapkan untuk maju di Pilpres 2024 agar ia lebih siap dan matang saat menghadapi "medan pertempuran".  

Hal terpenting bagi Demokrat saat ini adalah memastikan mereka berada di poros kekuatan "yang benar" yaitu yang bisa memenangkan pertarungan di Pilpres 2019 mendatang. Pengalaman di Pilkada DKI tentu menjadi pelajaran berharga. Untuk apa memaksakan diri harus memajukan kader sendiri jika ujung-ujungnya berakhir dengan kekalahan ?

*** 

Jambi, 14 Juli 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun