Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Mengulang Sukses di Asian Games 1962 Realistis untuk Diwujudkan

5 Juli 2018   08:40 Diperbarui: 5 Juli 2018   16:21 3143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Foto: kompas.com)

Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan pesta olahraga negara-negara Asia atau Asian Games ke-18. Menurut jadwal, pembukaan akan dilaksanakan tanggal 18 Agustus 2018. Jakarta dan Palembang dipilih menjadi pusat penyelenggaraan, meskipun beberapa kota akan turut ambil bagian sebagai tempat pelaksanaan pertandingan.

Jika dirunut sejarahnya, ini kali kedua Indonesia mendapat kesempatan menjadi tuan rumah.

Sebelumnya, Indonesia pernah menjadi tuan rumah Asian Games tahun 1962 yang digelar pada 24 Agustus - 4 September 1962, di Jakarta.

Proses penetapan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 1962 terbilang menarik karena harus bersaing ketat dengan Karachi (Pakistan) yang juga mengajukan diri sebagai tuan rumah.

Dari hasil pemungutan suara, Jakarta (Indonesia) meraih 22 suara, unggul dua suara atas Karachi yang meraih 20 suara.  

Proses pemilihan dan penetapan tuan rumah kala itu dilaksanakan tahun 1958, artinya Indonesia hanya memiliki 4 tahun untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Berbagai fasilitas pelaksanaan pertandingan olahraga dan infrastruktur pendukung lainnya dikebut pelaksanaannya.

Proses pembangunan berbagai infrastruktur pendukung terbilang singkat.

Seorang utusan Jepang yang datang untuk memantau persiapan Asian Games 1962 bahkan sampai berdecak kagum pada bangsa Indonesia.

"Ini bangsa gila, bisa menyiapkan seluruh soal dalam hitungan bulan, dengan membangun Stadion raksasa sekaligus pemindahan penduduk tanpa ribut-ribut. Kepemimpinannya luar biasa."

Terlepas dari kontroversi Indonesia selaku tuan rumah yang tidak mengundang Israel dan Taiwan yang merupakan anggota Federasi Asian Games--demi menghormati negara-negara Arab dan Republik Rakyat Tiongkok yang sedang memiliki hubungan diplomasi tidak baik dengan negara tersebut--secara umum pelaksanaan Asian Games 1962 berlangsung sukses dan lancar. 

Pembukaan Asian Games 1962, Jakarta (Foto: intisari.grid.id)
Pembukaan Asian Games 1962, Jakarta (Foto: intisari.grid.id)
Ketika itu Indonesia sukses sebagai tuan rumah penyelenggara, serta diikuti prestasi para atlet kita yang berlaga di berbagai cabang olahraga.

Hasil pertandingan selama hampir sebulan itu akhirnya berhasil menempatkan Indonesia sebagai runner up atau juara umum ke-2, setelah Jepang, dengan total raihan 77 medali yang terdiri dari 21 emas, 26 perak, dan 30 perunggu. Sungguh prestasi yang sangat membanggakan.

Pasang surut  

Harus diakui, prestasi Indonesia di berbagai ajang pesta olahraga antarnegara mengalami pasang surut.

Jangankan mengulang prestasi juara kedua 56 tahun lalu, menjadi yang terbaik di kawasan Asia Tenggara (Sea Games), dalam beberapa kali penyelenggaraan terakhir, Indonesia terus mengalami kegagalan meraih juara umum.

Di kancah Asian Games, prestasi terbaik Indonesia selain menjadi runner up adalah menduduki posisi 5 besar. Itu pun hanya terjadi di tiga edisi, 1962, 1970, dan 1974. Selain di edisi 1962, pada penyelenggaran Asian Games ke-6 di Bangkok tahun 1970, Indonesia berada di peringkat 4 dari 18 negara peserta dengan meraih 23 medali yakni 2 emas, 5 perak, dan 17 perunggu. Kemudian pada Asian Games ke-7 di Teheran, Iran, 1-16 September 1974,  Indonesia berhasil meraih 3 emas, 4 perak, dan 4 perunggu, sekaligus menempati posisi ke-5. Selebihnya, prestasi terbaik Indonesia hanya berhasil bertengger di deretan 10 besar.

Tahun 1951 di New Delhi, India, misalnya, Indonesia berada di peringkat ke-7 dengan memperoleh 5 perunggu; Tahun 1966 di Bangkok, Thailand, peringkat ke- 6 dengan perolehan 7 emas, 4 perak, dan 10 perunggu; Tahun 1978 di Bangkok, Thailand, di posisi ke -7 dengan perolehan 8 emas, 7 perak, dan 18 perunggu; Tahun 1982 New Delhi, India, menduduki peringkat 6 dengan 4 emas, 4 perak, dan 7 perunggu; Tahun 1986 di Seoul, Korea, Indonesia meraih posisi ke-9 dengan 1 emas, 5 perak, dan 4 perunggu; Yang terakhir, Asian Games 1990 di Beijing, Cina, Indonesia meraih peringkat ke-7 dengan 3 emas, 6 perak, dan 21 perunggu.

Terakhir, pada pelaksanaan Asian Games 2014, tim merah putih hanya meraih 20 medali yang terdiri dari 4 emas, 5 perak, dan 11 perunggu dari 23 cabang yang diikuti (total 37 cabang yang dipertandingkan). Dengan hasil tersebut membuat Indonesia menduduki posisi ke-17.

Mengulang prestasi

Ketika Indonesia secara resmi ditunjuk sebagai tuan rumah Asian Games 2018, pertanyaan penting yang muncul di benak publik, mampukah kita, baik dari penyelenggara maupun peserta?

Misi kita sebagai anak bangsa untuk menjawab pertanyaan itu. Tanggung jawab ini melekat bagi semua, bukan hanya kepada pemerintah.

Sukses tidaknya penyelenggaraan Asian Games 2018 nanti merupakan pertaruhan nama baik bangsa ini di mata dunia internasional.

Presiden mempromosikan Asian Games lewat jaket (Foto: kompas.com)
Presiden mempromosikan Asian Games lewat jaket (Foto: kompas.com)
Menjadi tuan rumah pesta akbar seperti Asian Games dari sisi positifnya bisa dipandang sebagai kesempatan untuk mempromosikan Indonesia di mata dunia.

Inilah kesempatan untuk menunjukkan betapa indah dan kayanya bangsa ini.

Demikian halnya dari sisi ekonomi dan bisnis, banyak keuntungan yang bisa diperoleh.

Kesuksesan sebagai tuan rumah penyelenggara akan banyak dipengaruhi oleh faktor keseriusan, kemampuan dan kesiapan pemerintah pusat dan daerah untuk menggerakkan seluruh pihak agar turut ambil bagian mensukseskannya.

Target-target pembangunan infrastruktur pendukung pelaksanaan kegiatan harus bisa terlaksana sesuai target waktu serta mutu.

Selanjutnya menggerakkan fungsi-fungsi promosi agar kegiatan ini benar-benar mendapat perhatian khalayak luas.

Indonesia harus mampu menjadi tuan rumah yang baik bagi seluruh tamu/duta peserta yang datang.

pembangunan infrastruktur (Foto: kompas.com)
pembangunan infrastruktur (Foto: kompas.com)
Dari sisi prestasi sebagai peserta, ini juga menjadi misi yang tak kalah penting. Dukungan luas masyarakat Indonesia sebagai tuan rumah seharusnya menjadi pelecut semangat bagi setiap atlet yang berlaga untuk berjuang semaksimal mungkin meraih prestasi.

Kita ambil contoh sederhana dari ajang Piala Dunia 2018 yang saat ini sedang berlangsung di Rusia.

Publik sepakbola saat ini terkagum-kagum dengan prestasi Timnas Rusia yang sampai sejauh ini berhasil melaju hingga ke babak perempat final.

Di babak 16 besar, Rusia bahkan berhasil menumbangkan Spanyol yang pernah merasakan gelar juara piala eropa bahkan piala dunia.

Tak bisa dimungkiri, faktor dukungan tuan rumah dinilai sebagai salah satu hal paling penting yang memengaruhi semangat para pemain saat berlaga di lapangan.

Kita berharap sekaligus yakin para atlet Indonesia pun bisa melakukannya.

Dengan hitung-hitungan yang realistis, meraih gelar juara umum atau runner up mungkin terlalu berat.

Namun, untuk sekedar meraih posisi sepuluh besar atau bahkan lima besar semestinya bukan mimpi yang muluk-muluk. Meraih medali sebanyak-banyaknya dari setiap pertandingan yang dilombakan adalah kuncinya.                  

Kita berharap, kesempatan Indonesia menjadi tuan rumah pelaksanaan Asian Games 2018 nanti harus bisa menjadi momentum kebangkitan prestasi olahraga kita.

Dengan semangat dan kerja keras, kita pasti bisa melakukannya.

Saat menjadi tuan rumah nanti, kita harus yakin bahwa mengulang prestasi Indonesia di Asian Games 1962 rasanya realistis, bukan mimpi. 

***

Jambi, 5 Juli 2018.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun