Hari ini (11/5), digelar aksi bertajuk bela Palestina. Aksi ini digelar sebagai protes atas pemindahan Kedubes AS di Tel Aviv ke Yerusalem. Puluhan ribu personil keamanan harus diturunkan untuk mengawal aksi ini demi menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Saya coba membayangkan, seandainya hingga hari ini kerusuhan di Mako Brimob belum bisa ditangani pihak keamanan, apakah aksi ini akan tetap digelar? Beruntunglah kita memiliki institusi keamanan yang sigap dan tangkas untuk segera mengendalikan situasi.
Kerusuhan di Mako Brimob tentunya menggoreskan luka mendalam di hati kita, terlebih lagi di hati para keluarga korban yang ditinggalkan. Ada 5 orang personil kepolisian tewas dibunuh dalam peristiwa itu dengan cara yang tidak manusiawi.
Pagi ini saya membaca berita online, seorang anggota kepolisian yang bertugas di sekitar Mako Brimob mengalami penusukan oleh orang tak dikenal. Dari informasi yang beredar, anggota kepolisian itu dilaporkan tewas. Pelaku juga tewas ditembak di tempat oleh petugas karena berusaha melarikan diri.
Pihak kepolisian selaku institusi yang diberikan tugas oleh negara untuk menjaga keamanan dan ketertiban sedang mengalami ujian berat. Para pelaku teror sepertinya sedang mencoba mengusik kewibawaan pihak keamanan dengan langsung menyasar para anggota kepolisian.
Di saat-saat seperti ini, dukungan penuh masyarakat luas sangat dibutuhkan untuk mengembalikan kepercayaan diri mereka. Bagaimanapun, kita sangat membutuhkan mereka. Maka, aksi empati yang beredar luas di dunia maya dan nyata patut diberikan apresiasi.
Di dunia maya, dukungan pada pihak kepolisian melalui tagar #KamiBersamaPolri beredar luas dan merajai puncak perbincangan. Tak berhenti di dunia maya, komunitas yang menamakan diri #KamiBersamaPolri juga menggelar doa bersama di Mabes Polri. Puluhan karangan bunga juga dikirimkan sebagai bentuk dukungan kepada pihak kepolisian.
Aksi empati terus berlanjut melalui penggalangan dana yang akan disalurkan ke anggota keluarga personil kepolisian yang tewas di aksi kerusuhan kemarin. Kita ingat, salah satu korban yaitu Iptu Yudi Rospuji meninggalkan istri yang tengah hamil sembilan bulan. Kemarin, di tengah rasa haru bercampur bahagia, anak tersebut sudah lahir.
Kembali soal aksi bela Palestina yang dilaksanakan hari ini. Tentu itu sah-sah saja dilakukan sebagai bagian dari ekspresi menyatakan pendapat sekaligus empati pada salah satu isu yang terjadi di dunia internasional. Konstitusi kita menjamin itu dimana salah satu bagiannya menyebutkan Indonesia harus aktif dalam usaha-usaha menciptakan perdamaian dunia.
Namun, apakah ini waktu yang tepat untuk menggelar aksi tersebut? Sedemikian urgenkah isu tersebut harus disuarakan dengan cara pengerahan massa, di tengah kondisi bangsa ini sedang terluka dan berduka?
Pagi ini, bangsa kita juga sedang harap-harap cemas mendengar kabar Gunung Merapi meletus lagi. Seorang Kompasianer melaporkan, sebelum kejadian terdapat 120 pendaki yang tengah berada di Merapi untuk mendaki. Kita tetap berharap dan berdoa tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.Â