Pagi ini saya membaca berita online tentang kericuhan suporter sepakbola di Tangerang. Enam orang dikabarkan luka-luka akibat peristiwa tersebut.
Yang menarik perhatian saya, kericuhan justru terjadi saat acara nonton bareng (nobar) pertandingan Liga Inggris antara Manchester United dan Liverpool (Sabtu 10/3) malam.
Andai kericuhan terjadi di dalam stadion dan melibatkan klub-klub lokal atau tim nasional, mungkin peristiwa itu bisa agak dimaklumi. Tensi tinggi pertandingan dan hasil akhir pertandingan yang tak sesuai harapan bisa saja memicu emosi jadi gampang tersulut.
Namun agak sulit menerima sekaligus menjelaskan fakta kericuhan bisa terjadi di saat acara nonton bareng pertandingan yang berlangsung di benua lain dan berjarak ribuan kilometer jauhnya. Benarkah ini membuktikan karakter suporter kita yang gampang marah-marah ?.
Jejak kericuhan yang melibatkan suporter sepakbola di tanah air sudah berulangkali terjadi. Banyak kerugian materi yang harus ditanggung. Lebih memilukan, beberapa nyawa harus melayang.
Korban jiwa
Akhir tahun lalu, Banu Rusman, suporter Persita, meninggal usai terjadinya bentrok antarsuporter pada laga Persita vs PSMS di babak 16 besar Liga 2 di Stadion Mini Persikabo, Bogor, Rabu (11/10/2017). Banu mengembuskan napas terakhirnya meski sempat dilarikan ke RSUD Cibinong.
Duel panas yang terjadi antara Persebaya Surabaya dan Arema Malang 19 Desember 2015 lalu merembet ke barisan suporter juga mengakibatkan hilangnya nyawa satu orang suporter Arema Malang.
Tahun 2014, kerusuhan suporter terjadi saat laga Persis Solo vs Martapura FC di Stadion Manahan Solo, Rabu (22/10/2014). Di pertandingan delapan besar Divisi Utama Liga Indonesia tersebut, seorang suporter lawan, Joko Riyanto, tewas.
Masih di tahun yang sama, sekelompok orang bercadar menyerang bus yang ditumpangi puluhan fans PSCS Cilacap, Minggu (12/10/2014) malam di Jalan Solo tepatnya depan lapangan Parkir Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta. Penyerangan itu mengakibatkan satu orang suporter meninggal dunia dan beberapa orang mengalami luka-luka. Fans yang luka-luka disebabkan terkena sabetan pedang dan lemparan batu.
Pertandingan Persebaya dan Persela Lamongan 10 Maret 2012 juga berujung pada sebuah tragedi kematian lima orang suporter. Mereka adalah suporter Persebaya. Kelimanya tewas setelah diserang suporter Persela Lamongan dengan lemparan batu ketika korban berada di atas kereta api.