Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ketika Media Besar Menghasilkan Hoaks

5 Maret 2018   10:51 Diperbarui: 5 Maret 2018   10:53 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika media abal-abal sejenis "army-army an"menyebarkan berita bohong (hoax)mungkin sudah biasa dan publik bisa maklum karena media itu memang sejak awal didesain demi kepentingan pihak tertentu sehingga tak pernah peduli dengan kaidah dan etika jurnalistik. Media abal-abal memang dibuat bukan untuk mencerdaskan publik.  

Namun apa jadinya jika media yang sudah punya sejarah, kredibilitas dan nama besar yang melakukannya?. Ini yang sedang dialami Jawapos.com.

Pemimpin redaksi bersangkutan terpaksa harus membuat pengakuan sekaligus permintaan maaf resmi karena telah "kecolongan" mengunggah artikel yang nyata-nyata mengabaikan standar jurnalistik. Klarifikasi resminya DISINI

Klarifikasi itu memang harus dilakukan karena sudah menimbulkan kegaduhan. Artikel "hoax" tersebut sudah terlanjur disebarluaskan oleh banyak pihak dengan justifikasi itu pasti valid karena disampaikan oleh media besar.

Tokoh publik seperti Fahri Hamzah (FH) bahkan sudah ikut-ikutan menyebarluaskan artikel tersebut berikut "caption" tambahan hasil kreasinya.   

Meski tak otomatis menghentikan kegaduhan, klarifikasi itu penting agar ada kejelasan informasi. Sikap kesatria itu juga harus dihargai karena ada juga media yang sudah beberapa kali ketahuan menyebar berita bohong namun tak pernah mau mengakui dan meminta maaf.

Kejadian ini menjadi peringatan bagi pegiat media. Nama besar dan kredibilitas menjadi pertaruhan di mata publik. Kesalahan sedikit saja namun fatal bisa meruntuhkan itu semua. Para pemimpin redaksi harus lebih awas dan berhati-hati terhadap ulah para oknum editornya yang mungkin tanpa diketahui memiliki motif kepentingan politik tertentu saat menjalankan tugas atau barangkali sekadar ingin mengejar "view" pembaca.

Tantangan berat khususnya dalam persaingan media online saat ini adalah bukan sekadar menyajikan informasi seaktual dan secepat mungkin tetapi juga harus seakurat mungkin. Terlebih lagi media yang membawa nama besar, sejarah dan kredibilitas selama ini.

Memang agak dilematis, sementara untuk menghasilkan informasi yang valid jelas dibutuhkan waktu untuk melakukan klarifikasi sana-sini yang jelas membutuhkan waktu. Sementara itu pada saat bersamaan sudah banyak sumber informasi (walaupun belum tentu valid) yang berseliweran dengan cepat.

Namun kembali lagi pada tujuan awal media sebagai wadah pencerahan bagi publik. Di tengah-tengah gempuran media abal-abal yang saban hari menyebar berita/informasi bohong, sudah sewajarnya media-media yang sudah punya pengalaman dan nama besar tampil menjadi pembeda.

Tujuannya agar publik lebih tercerahkan sekaligus menjadikan itu sebagai rujukan resmi. Yang pasti, kejadian-kejadian seperti ini tak boleh terulang lagi di masa mendatang. Apa lagi harapan kita, ketika media besar pun sudah ikut-ikutan terlibat menghasilkan informasi "hoax"?              

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun