Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Blunder" Perdana Gubernur Jakarta

17 Oktober 2017   01:42 Diperbarui: 17 Oktober 2017   08:55 3829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pidato politik perdana Gubernur baru DKI Jakarta, Anies Baswedan tak semulus yang diharapkan karena justru memantik reaksi negatif publik khususnya di dunia maya. Dengan modal pengalaman dan kemampuannya, sebenarnya secara keseluruhan narasi pidato Anies sudah begitu sempurna dan indah didengar.

Namun pada satu bagian, ia justru melakukan "blunder" kala mengungkit kembali persoalan pribumi-non pribumi. "Dulu kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan. Kini telah merdeka, kini saatnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri," ucapnya. Ibarat nila setitik rusak susu sebelanga. Satu kalimat itu sudah cukup membuyarkan kesempurnaan narasi pidato yang mungkin sudah bersusah payah ditulisnya.             

Reaksi netizen langsung riuh. Pernyataan tersebut dianggap tak lazim diucapkan, apalagi oleh seorang pemimpin. Pada umumnya mereka menyesalkan statement tersebut yang dianggap tidak sesuai dengan janji sang Gubernur yang akan merangkul semua. Publik kian bertanya-tanya apa motivasi sang Gubernur menyampaikan hal tersebut sementara penggunaan istilah "pribumi" sudah dianggap usang dan tidak layak lagi untuk disampaikan di ranah publik.        

Istilah pribumi-non pribumi bisa memantik rasa sentimen bagi sebagian orang. Sesungguhnya siapakah yang dimaksud pribumi di republik ini? Apakah hanya mereka yang memang lahir dan berasal dari keturunan nenek moyang "asli" Indonesia? Lalu bagaimana dengan warga Indonesia yang punya garis keturunan dari bangsa lain. Bahkan Anies misalnya, punya garis keturunan dari Arab.     

Seperti biasa, selain yang kontra, ada pula yang pro dengan ucapan Anies tersebut, bahkan dibarengi dengan tudingan bahwa mereka yang kontra adalah para pendukung Cagub yang kalah di Pilkada, gagal move on lalu dengan sengaja mencari-cari kesalahan sang Gubernur baru. 

Saya sendiri berharap, semoga itu hanya keseleo lidah yang mungkin saja disebabkan euforia pasca dilantik sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta. Jika tidak, wajar saja publik mempertanyakan apa motifnya. Informasi di dunia maya, bahkan sudah ada yang berencana melaporkan Anies terkait pernyataannya itu.     

Sedikit tarik ke belakang, diakui atau tidak, pertarungan Pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu sebenarnya telah membuat warga (tak hanya di DKI Jakarta) terkotak-kotak. Sehingga, kesempatan menyampaikan pidato politik perdana itu menjadi penting untuk menyejukkan suasana sekaligus menegaskan kembali komitmen sang Gubernur yang akan merangkul semua. Sayang sekali, Anies sepertinya telah melewatkan kesempatan emas itu.

Menuding para netizen yang protes sebagai pihak yang gagal move on,sepertinya takkan menyelesaikan masalah. Itu ibarat memantik kembali "api perpecahan" yang sebenarnya sudah mulai padam bahkan sejak Pilkada usai dan hari ini telah resmi dilaksanakan pelantikan. Akan lebih kesatria jika sang Gubernur mau meralat perkataannya, bahkan kalau perlu meminta maaf ke publik atas kegaduhan yang sempat terjadi             

Kita berharap peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi semua. Menciptakan suasana sejuk dan damai menjadi tanggung jawab bersama, terlebih lagi mereka yang diberikan amanah jabatan. Siapapun pasti paham bahwa tugas pemimpin adalah memimpin sekaligus mempersatukan bukan sebaliknya.

Harapan lainnya, bahwa "blunder" perdana ini tak diikuti "blunder" lainnya. Pemimpin baru DKI Jakarta harus bisa membuktikan kapasitas dan kemampuannya untuk melaksanakan setiap janji-janji yang telah diucapkan. Jangan sibuk membuat kontroversi yang meresahkan publik. Lebih baik segera bekerja dan tunjukkan prestasi.                 

Jambi, 17 Oktober 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun