Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mau Beli Rumah, Harus Bijak dan Berani

17 Oktober 2017   00:31 Diperbarui: 17 Oktober 2017   09:03 1885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pepatah mengatakan, karena hidup ini adalah pilihan. Dalam proses perjalanan kehidupan, manusia akan selalu diperhadapkan dengan pilihan-pilihan. Tidak ada jalan lain, ia harus mampu memutuskan dan tentu saja harus siap dengan segala konsekuensi pilihannya itu sendiri. Bahkan, sikap "netral" atau tidak menjatuhkan pilihan pun sebenarnya bisa dikatakan sebagai pilihan. 

Memilih hunian tempat tinggal pun demikian. Mayoritas mungkin memilih rumah sebagai hunian idamannya, meski tidak sedikit pula yang lebih memilih tinggal di apartemen. Tahap memilih selanjutnya adalah tentang tipe dan lokasi. Lalu pilihan berikutnya, cara mewujudkannya (pembelian) melalui cash atau kredit. 

Melalui tulisan ini, saya ingin berbagi pengalaman pribadi tentang cara mewujudkan hunian idaman. Saya tidak mengatakan bahwa pilihan saya ini yang terbaik dibanding pilihan-pilihan lain. Saya hanya ingin menjelaskan proses, alasan dan pertimbangan hingga akhirnya saya menjatuhkan pilihan. Semoga tulisan ini bisa menjadi salah satu masukan atau sekadar referensi yang berguna bagi siapapun yang mungkin sedang galau menentukan pilihan.  

Saat ini saya tinggal di salah satu kawasan perumahan di Kota Jambi. Sejak tahun 2015, saya telah membeli satu rumah tipe 52 melalui KPR (Kredit Pemilikan Rumah) BII (saat ini Maybank) dengan tenor 15 tahun, cicilan per bulan sekitar 2 jutaan, suku bunga flat selama 10 tahun.    

Saya telah menjalani serangkaian proses menentukan pilihan yang bisa dikatakan cukup panjang. Pemikiran untuk segera membeli rumah saat itu, salah satunya karena memang saya sudah merencanakan untuk segera menikah di tahun 2016. Dengan berbagai pertimbangan, membeli rumah saya anggap lebih efisien daripada harus tinggal di rumah kontrakan. 

Selanjutnya, saya sering melakukan survey melihat beberapa lokasi perumahan yang ada di kota ini. Kebetulan, geliat pembangunan perumahan masih sedang gencar-gencarnya. Alhasil, saya menemukan banyak pilihan sebagai referensi. Proses ini bisa dikatakan memakan waktu yang cukup lama, kalau tidak salah hampir 1 (satu) bulan lamanya. Sejak awal saya sudah tetapkan kriteria utama, rumah yang saya cari yaitu lokasi yang bebas banjir dan jarak/waktu tempuh dari rumah menuju kantor tidak boleh terlalu jauh. 

Dari beberapa pilihan yang ada dan sudah mulai mengerucut, lalu masuk pada pertimbangan harga dan kesanggupan saya untuk membeli. Ini juga agak rumit. Saya lebih sering kecewa karena mahalnya harga rumah yang saya taksir. Selera tinggi namun dibatasi oleh kemampuan yang kurang. 

Pilihan yang lebih realistis harus dikedepankan; menurunkan selera namun tidak menghilangkan kriteria utama. Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya saya menjatuhkan pilihan di perumahan yang saya tempati saat ini. Entah bagaimana, sejak pertama kali survey, saya sudah langsung merasa klop dengan suasana kompleks perumahan ini. Terlebih lagi, saya nilai masuk dalam kriteria utama yang sudah saya tetapkan sebelumnya.   

Setelah memantapkan hati dengan pilihan, selanjutnya memilih cara pembelian. Membeli secara cash jelas tidak mungkin karena tabungan tidak mencukupi. Akhirnya memutuskan membeli secara kredit (KPR) oleh Bank. Tapi pertanyaannya, akan mengajukan di bank mana? Sekali lagi, proses menentukan pilihan harus saya jalani. Kembali saya melakukan survey ke hampir seluruh bank yang ada di kota ini mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang program KPR yang mereka tawarkan. 

Akhirnya saya tertarik dengan program Maybank KPR yang menawarkan tenor pembayaran hingga 15 tahun dengan suku bunga flat selama 10 tahun. Dengan mempertimbangkan kemampuan penghasilan tiap bulan, saya merasa ini yang paling cocok, aman dan tidak terlalu memberatkan. 

Dalam menentukan pilihan-pilihan diatas, tentu saya juga banyak berdiskusi dan menerima masukan dari orang lain; teman-teman dan terutama keluarga. Tidak jarang apa yang ingin saya putuskan sering bertolakbelakang dengan pendapat mereka. Saya berusaha memahami maksud baik mereka sekaligus mencoba memberikan argumen/pertimbangan yang saya punya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun