Di sisi lain, menikah pada saat sudah “lewat” usia juga sebaiknya dihindari terutama mengingat periode batas usia reproduksi wanita pada umumnya. Bukankah pasangan menikah, salah satu tujuannya untuk memperoleh keturunan ?. Perlu diingatkan pada setiap pasangan agar tidak terlena atau sengaja berlama-lama.
Terlalu ideal
Bagaimana bisa seseorang atau pasangan akhirnya menikah saat sudah “telat” usia idealnya ?. Menurut pengamatan saya, barangkali karena ia/mereka berpikir atau memiliki prinsip yang terlalu ideal. Diawali dari masa perkenalan, seseorang bisa saja membuat kriteria-kriteria yang terlalu ideal bagi seseorang yang akan dijadikan sebagai pasangan. Akibat terlalu ideal, sementara waktu terus berjalan, yang dinantikan ternyata tak kunjung datang.
Ada satu anekdot yang pernah saya dengar terkait hal ini. Seorang wanita berusia muda akan bertanya, “Siapa kamu...?” pada setiap laki-laki yang berusaha memikatnya. Saat usia sang wanita terus bertambah dan ternyata belum juga memiliki pasangan, ia mulai bertanya, “Siapa ya...?”. Akhirnya saat usia sudah “lewat” dewasa, ia mulai pesimis bisa mendapatkan pasangan dan berkata, “Siapa saja...”
Itu hanya sebuah anekdot. Tidak salah tentunya dan bahkan memang dalam menentukan pasangan, kita harus memiliki kriteria tersendiri. Namun, jangan pula kebablasan membuat kriteria yang terlalu ideal. Kita harus memahami, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Justru dengan kekurangannya masing-masing, seseorang bisa menutupinya saat bersatu bersama pasangannya.
Wujud “terlalu ideal” lainnya bisa pula hadir dalam pandangan hidup seseorang atau pasangan yang menganggap bahwa waktu yang tepat untuk menikah adalah saat segala sesuatunya sudah lengkap dan terpenuhi. Mereka akan menikah saat merasa mental sudah siap, tabungan sudah cukup, rumah sudah ada, mobil sudah punya, sudah punya jabatan, sudah lulus S-2, dan sebagainya.
Pandangan hidup terlalu ideal seperti diatas bisa menjadi penyebab akhirnya seseorang atau pasangan telat menikah. Pasalnya, tidak ada yang tahu pasti kapan waktunya segala sesuatu yang disyaratkan tersebut benar-benar terpenuhi. Lalu, apakah harus mengorbankan usia ideal pernikahan untuk hal-hal tersebut ?.
Disinilah sebenarnya perlu selalu berkomunikasi dengan orangtua, saudara, dan teman. Kita butuh teguran, masukan sekaligus motivasi dari mereka. Jangan sampai ambisi atau mungkin ketakutan-ketakutan menjadi penghambat kita untuk menikah di usia ideal.
Ahirnya, membangun sebuah keluarga lewat pernikahan adalah satu hal yang sakral dalam kehidupan. Jangan pernah memandangnya sebagai sesuatu yang sederhana apalagi sepele. Untuk meraih masa depan yang gemilang, kita harus memulainya dengan serius merencanakan pernikahan. Semoga.
Jambi, 29 Agustus 2016