Mohon tunggu...
Siti Nurjanah
Siti Nurjanah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

jangan hanya lipat tangan, tp turun tangan - Mahasiswi Universitas Islam Sunan Kalijaga - Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Touring Bersama Trontong dan Lemper Raksasa ...

2 Januari 2014   16:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:14 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam meriah karena tidak hanya keluarga terdekat kami saja yang datang berkunjung namun juga keluarga dari jauh yang sengaja menghabiskan waktu liburannya di Jogja. Namun, malam itu adalah malam terakhir mereka liburan di Jogja, dan jam 3pagi mereka akan pulang ke Jakarta.

Setelah beberapa jagung dan roti kami bakar, dan sekiranya perut pun sudah mulai kenyang. Lalu kami memutuskan untuk melanjutkan acara kami selanjutnya. Kami berniat untuk melanjutkan acara kami dengan cara tour keliling Jogja. Saat itu kami berangkat sekitar pukul 23.00 dari rumah. Kami berkeliling menggunkan mobil “antik” milik sodara kami. Yaitu mobil yang biasa kami sebut kalau dia tiba atau datang dengan sebutan mobil “trontong”. Mobil ini berjenis pick up kuno dengan suara yang agak berisik persis seperti motor vespa. Mengapa kami sebut trontong karena ketika dia lewat pasti suara yang dihasilkan pasti suarnya berbunyi seperti “trontong... tong...tong...tong... “ membuat kami tahu bahwa si trontong sudah tiba walaupun mobil ini masih jauh.

Hal lucu pun terjadi ketika kami akan berangkat. Salah seorang saudara kami ada yang berbadan agak “super”. Jelaslah ini membuat dia kesulitan untuk naik ke atas trontong. Berulang kali berusaha tetap saja tidak berhasil. Akhirnya harus di bantu dengan bangku kecil atau yang biasa orang jawa menyebutnya “dingklik” dan akhirnya bisa naik di pick up belakang bersama – sama dengan saudara yang lain yang sudah sejak tadi menunggunya untuk dapat naik ke atas mobil. Dengan bekal selimut dan jaket tebal agar kuat melawan dinginnya malam itu. Kami juga tak lupa membawa mantel untuk berjaga – jaga jika turun hujan. Tak bisa terbayangkan mungkin jika kami hanya para pemuda tanpa ada ibu – ibu. Karena berdandan seperti itu dan nantinya akan berjalan mengelilingi Jogja yang sudah pasti akan dilihat banyak orang karena memang malam itu benar – benar Jogja padat merayap.

Perjalanan kami mulai berjalan ke arah Bantul, tepatnya desa Wonokromo. Di sana ternyata juga meriah karena diadakan malam rebopungkasan untuk istilah jawa yang menandakan turunnya gamelan. Untuk sementara waktu kami mampir sebentar kesana untuk melihat dan berbelanja makanan khas malam Rebopungkasan yaitu Lemper Rebopungkasan. Tidak ada yang beda dengan lemper – lemper yang lain, hanya saja ukurannya yang lebih besar dari ukuran biasanya. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp1500 – Rp50000. Saya kaget Rp50000 hanya untuk membeli 1buah lemper. Memang lemper seharga Rp50000 ini ukurannya jumbo, super duper besar. Mungkin akan habis untuk sekitar 10 orang. Saya sempet mengabadikan moment lemper raksasa ini. Namun kami tidak membeli yang raksasa, kami hanya membeli yang hanya seharga Rp1500 – an saja.

Lanjut setelah selesai dari Wonokromo, kami melanjutkan perjalanan ke utara. Mulai dari lewat daerah Karangkajen, kemudian menuju JoktengKulon, kemudian menuju ke arah Sayidan – Gondomanan. Di sini mulai terjadi puncak kemacetan, dan ketika itu telah menunjukkan pukul 23.30. begitu malunya kami. Selain karena kami naik mobil pick up dengan dandan seperti orang ronda, namun juga karena asap yang ditimubulkan dan suara yang ditimbulkan oleh mobil tersebut membuat kami malu. Sudah pasti kami menjadi tontonan warga yang sedang terjebak macet ketika itu. Tapi lama – kelamaan kami sudah terbiasa juga dengan pandangan orang terhadap yang kami lakukan.

Sembari menunggu di tengah kemacetan, tiba saatnya menujukkan pukul 00.00 dan sudah tentu kembang api di nyalakan di sana sini. Kami merasa beruntung karena bisa menikmati indahnya kembang api tanpa susah payah dan bisa menyaksikan dengan duduk santai tidak seperti yang lain duduk di atas motor dan terjebak macet. Tak jarang juga kami foto – foto di atas mobil.

Dan akhirnya setelah jalan mulai lancar sekitar setengah jam kemudian, akhirnya kami bisa lolos dan kami memutuskan untuk pulang ke rumah. Karena di tengah perjalanan sudah ada merasa ngantuk dan tidur di atas mobil.

Semoga bisa menjadi referensi menikmati tahun baru tahun depan. Karena yang tidak biasa itu akan menjadi luar biasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun