Kisah Jenaka Nazreddin - Tetap Kering di Saat Hujan Turun
Suatu hari Nazreddin diajak temannya untuk berburu didalam hutan disekitar kampung mereka.
Temannya mempunyai dua ekor kuda, kuda yag satu besar, kuat dan bisa lari dengan sangat cepat, dan kuda yang satu lagi adalah kecil dan lamban.
Sedangkan Nazreddin tidak mempunyai se-ekor kudapun.
Maka temannya itu meminjamkan Nazreddin kuda yang kecil dan lamban itu untuk pergi berburu bersama.
Kuda itu benar-benar seekor kuda yang lamban. Ketika mereka berangkat menuju hutan berburu, temannya telah berjalan lebih cepat daripada Nazreddin sehingga ia tertinggal dibelakang. Demikian juga terjadi hal yang sama sewaktu mereka berangkat pulang kerumah setelah berburu.
Pada waktu berjalan pulang, mereka berjalan dengan santai, tiba-tiba tampaklah awan tebal menggelantung dilangit, itu tandanya tidak lama lagi akan datang hujan yang lebat, sehingga temannya memacu kudanya dan pergi tergesa-gesa dan Nazreddin tertinggal lagi dibelakang.
Menyadari bahwa kudanya tidak mungkin lari cepat, maka Nazreddin pergi berteduh dibawah pohon yang rindang. Ketika hari mulai hujan, maka Nazreddin melepaskan bajunya dan melipat dan membungkusnya dengan hati-hati.
Setelah hujan berhenti, maka Nazzreddin memakai lagi bajunya dan menunggang kuda kembali ke rumah temannya untuk makan siang bersama.
Maka temannya itu heran, mengapa Nazreddin yang menunggang seekor kuda yang lamban, namun bajunya tetap kering, sedangkan ia yang menunggang kuda yang bisa lari dengan cepat bajunya tetap saja basah sewaktu hujan turun tadi.
Maka temannya itu bertanya " Bagaimana caranya engkau tetap kering sedangkan saya menjadi basah kuyup, meskipun kuda saya bisa lari jauh lebih cepat daripada kuda tunggangan anda ?"
" Oh, itu karena kuda yang kamu pinjamkan kepada saya " jawab Nazreddin dengan kalemnya.
Hari berikutnya temannya mengajak Nazreddin pergi berburu ke hutan lagi.
Kali ini ia meminjamkan Nazreddin kudanya yang besar dan bisa lari dengan cepat yang dia tunggang kemarin hari. Sedangkan ia sendiri menunggang kuda yang kecil dan lamban tersebut.
Ketika berjalan pulang ke rumah, mereka melihat awan tebal sudah menggelantung di langit, tanda hujan besar akan segera turun lagi.
Maka Nazreddin melarikan kudanya secepat-cepatnya sehingga temanya tertinggal dibelakang.
Ketika hari mulai hujan, maka Nazreddin sudah tiba dirumah temannya itu.
Ketika hujan berhenti, maka tibalah temannya dengan menunggang kuda yang kecil dan lamban itu. Bajunya basah kuyup, bahkan lebih basah lagi daripada hari kemarin, sementara baju Nazreddin tetap saja kering.
"Itu gara-gara kamu !" kata kata temannya dengan kesal, "Karena kamu biarkan saya menunggang kuda yang lamban ini sehingga saya menjadi basah kuyup seperti ini. Dan karena kamu menunggang kuda yang bisa lari cepat, maka baju kamu tetap saja kering "
"Mungkin saja kamu benar, temanku." jawab Nazreddin, " Kemarin kamu menunggang kuda yang bisa lari cepat dan kamu tetap basah, sedangkan saya menunggang kuda yang lamban ini, dan baju saya tetap saja kering. Demikian juga hari ini, saya menunggang kuda yang bisa lari cepat ini, baju saya juga tetap kering"
Lanjut Nazreddin " Suatu hal yang sangat penting, adalah kamu tidak berusaha melakukan apapun agar baju kamu tetap kering, namun hanya menggantungkan nasib kamu kepada binatang yang bodoh ini!" kata Nazreddin kepada temannya itu....
Pesan Moral :
1. Jangan pernah menggantungkan hari depan kepada nasib
2. Nasib itu dibuat dan ditentukan oleh diri sendiri
3. Nasib akan berubah kalau kita bertekad mengubahnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H