Sejak dahulu hingga saat ini, hampir semua vaksin untuk bayi dan anak-anak adalah vaksin yang antigen kuman atau virusnya telah dimatikan, sehingga tidak ada kemungkinan bibit penyakit yang dipakai sebagai antigen dalam vaksin ini akan me-replikasi memperbanyak diri, menjadi hidup dan menjadi patogen atau menjadi ganas dan menimbulkan penyakit pada bayi yang diberi suntikan vaksin ini.
Yang bisa, dan yang biasa terjdi adalah kejadian setelah vaksinasi adalah efek samping akibat vaksinasi, berupa reaksi sistemik seperti demam ringan dan reaksi lokal ditempat bekas penyuntikan vaksin yang menjadi sedikit merah, nyeri dan agak panas, namun semua efek baik yang sistemik maupun yang efek lokal ini akan menghilang sendiri dalam waktu hanya beberapa hari saja tanpa diperlukan pengobatan apa-apa.
Saat ini memang ada vaksin Polio Oral (OPV) yang dibuat dari virus polio yang telah dilemahkan, yang diberikan dengan cara diminumkan kepada bayi yang mau divaksinasi polio. Karena ini mengandung virus polio hidup yang sudah dilemahkan (life attenuated vaccine), sehingga pada beberapa orang bayi yang sistim kekebalan tubuhnya sedang terganggu, akan ada kemungkinan bayi tersebut menderita kelumpuhan yang sama dengan penyakit polio, namun kasus ini sangat jarang, kemungkinan bayi mendapatkan ini adalah 1:750.000 kasus, untuk vaksinasi polio dosis pertama, dan selanjutnya akan semakin sangat jarang ditemukan. Ini yang dikenal sebagai VAPP (Vaccine Assosiated Paralytic Polio) karena vaksin Oral Polio Vaccine ini. Hal ini telah ditanggulangi dengan memberikan vaksin polio yang telah dimatikan virus polionya dengan cara pemberian yang disuntikkan (Inactivated Polio Vaccine =IPV).
5. Tidak boleh diberikan vaksinasi pada bayi yang sedang demam
Banyak orang tua beranggapan bahwa pada bayi atau anak yang sedang sakit sebaiknya tidak diberikan vaksinasi, karena kuatir vaksin akan memperberat kerja sistim daya tahan tubuh anak yang sedang melawan penyakit nya ini.
Anggapan ini tidak seluruhnya salah, namun juga tidak benar semuanya, karena kalau seorang anak atau bayi sedang menderita penyakit yang tidak serius, misalnya hanya demam yang ringan, ada sedikit batuk pilek atau gangguan salauran cerna seperti diare ringan, dimana hal ini bukan menjadi halangan untuk vaksinasi, maka bayi atau anak tersebut tetap bisa diberikan vaksinasi yang telah direnanakan, tidak perlu menundanya. Karena sistim pertahanan tubuh bayi tersebut tetap akan bekerja dengan baik untuk membuat zat antibody terhadap vaksin yang diberikan kepadanya.
Kecuali jika bayi atau anak datang dengan sakit yang cukup berat, memang sebaiknya bakan dianjurkan untuk menunda vaksinasi yang telah direncanakan hingga lain waktu saat bayi telah sehat kembali. Atau untuk vaksinasi polio oral, pada bayi yang sedang menderita gangguan aluran cerna seperti diare, maka vaksin OPV sebaiknya ditunda lebih dahulu hingga sembuh dari diare.
Karena vaksin itu sendiri juga bisa menimbulkan yang disebut efek samping setelah disuntikkan, misalnya ada reaksi sistemik berupa demam yang ringan hingga mencapai suhu 37 - 38 derajat Celsius, juga reaksi lokal ditempat bekas suntikan, misalnya tempat itu menjadi merah, ada rasa nyeri dan teraba hangat, yang mana semua efek samping ini akan hilang dalam waktu beberapa hari kemudian. Mengingat hal ini, juga agar supaya tidak mengacaukan antara gejalah penyakit yang sedang diderita dengan efek samping vaksin, maka pada bayi atau anak yang sakit, kita menghindarkan pemberian vaksin untuk menghindari efek samping akibat vaksinasi ini, baru vaksin diberikan setelah bayi atau anak menjadi sehat kembali.
6. Vaksin melindungi kita 100% terhadap penyakit yang ingin kita cegah
Hal ini tidak seluruhnya benar. Vaksin terbaik adalah vaksin yang dibuat dari virus atau bakteri hidup yang dilemahkan (life attenuated vaccines), seperti misalnya vaksin MMR, vaksin cacar air, yang memberikan efek perlindungan yang efektif hingga 95%. Sedang efektifitas vaksin yang terbuat dari virus atau bakteri yang telah dimatikan (killed vaccines), seperti vaksin demam typhus, influenza dan lain hanya sekitar 75 -80% saja, ini berarti bahwa kita yang telah divaksinasi, masih ada kemungkinan sekian persen untuk menjadi sakit, namun dengan gejalah yang lebih ringan dan lama sakit yang lebih singkat.
Kalau begitu apa yang harus kita lakukan untuk menjaga agar kita benar-benar terhindar dari penyakit ini ? Jawabannya adalah sangat tergantung gaya hidup atau life style kita, misalnya kebiasaan hidup sehat, istirahat yang cukup, makan makanan bergizi dan pola hidup sehat dan berolah raga, ingat bahwa, vaksin tidak bisa melindungi diri kita 100%, tidak ada vaksin yang sedemikian ampuhnya hingga saat ini.