Mohon tunggu...
Binoto Hutabalian
Binoto Hutabalian Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Penulis di www.sastragorga.org

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Buku Berjudul Air Mata

24 Januari 2022   07:35 Diperbarui: 24 Januari 2022   07:37 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hei, para yang terbit dan terbenam di kematian!
yang cuma berjatahkan rasa lapar, haus dan rasa sakit.

Meringislah.
Menangislah jika harus.
Mengeranglah, sebab cuaca itu benar-benar sakit.

Yang terbit dan terbenam dari tangisan!
Jelajahi saja letihmu dengan malu.
Sebab tanah ini bukan kesombongan,
atau kekuasaan. Ini cuma adegan.
Hanya sesaat, dan cukup melelahkan.

Yang terbit pasti terbenam.
Miliki waktu ini sesempurna purnama yang juga hanya sekejap.
Segalanya cuma sehelai bayang-bayang yang retas. Yang hanya patuh pada takdir yang sangat deras. 

Mondar-mandir. Dan lalu tamat dalam dalam buku usang berjudul air mata.


Samosir. Oktober kering '16

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun