Mohon tunggu...
Binoto Hutabalian
Binoto Hutabalian Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Penulis di www.sastragorga.org

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Janji Plasenta

14 Juni 2019   10:35 Diperbarui: 14 Juni 2019   11:00 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selepas berpamitan dengan KH Umar ayah angkatnya yang dulu mengasuhnya dan sekarang sedang menanti ajal akibat usianya yang sudah sangat lanjut itu, ustad Mizbah akhirnya berangkat menuju kampung halamannya di perbukitan seberang yang sekarang telah berubah menjadi perkampungan modern. 

Namun tempat itu masih jelas terbubuh di ingatannya walaupun sudah hampir 16 tahun ditinggalkannya dulu. Dan selama itu jugalah ia telah berpisah dengan abangnya Yunus.

Mobil sedan hitam yang mereka naiki menepi di sebuah pekarangan rumah semi permanen yang di sampingnya berdiri sebuah gereja baru tepat di atas tanah orangtua mereka dulu. Dengan penuh pertanyaan di hati dia melangkah menuju pintu rumah itu. 

Beberapa langkah sebelum tiba di depan pintu, sebelum diketok tiba-tiba daun pintu telah dibuka dari dalam. Tampak laki-laki setengah baya berdiri disana. 

Ustad Mizbah terpaku setengah tidak percaya melihat orang itu yang ternyata pemilik rumah tersebut. Wajah itu seperti telah mengembalikan kenangan masa kecilnya dulu sewaktu masih ada di dusun itu.

''Bang..! Abang Yunus, kan?'' parau suara ustad menyapa seraya bergegas merangkul abangnya yang juga masih ragu karena wajah yang ada di hadapannya kurang dikenalinya. ''Aku ini adikmu Bang, Mizbah, enam belas tahun lalu kita telah berpisah di kota itu''. 

Kenangnya untuk mengingatkan Yunus yang rupanya sudah menjadi pendeta di tempat itu setelah dulu dia juga telah diasuh oleh suatu yayasan Kristen di kota yang sama.

''Mizbah, adikku?" Mulutnya bergerak spontan seraya menyambut pelukan adiknya yang juga telah lama dicari-carinya itu. Akhirnya pendeta Yunus mempersilahkan keluarga adiknya masuk ke rumah sembari kembali melepaskan rindu dengan mengingat kenangan-kenangan masa kecil mereka serta semua pesan orangtua kepada mereka dulu.

Sementara sekarang di dalam rumah telah ada lima orang manusia yaitu pendeta Yunus beserta istrinya yang sedang mengandung anak kedua dan satu orang anak laki-laki sulungnya termasuk Ustad Mizbah bersama istrinya yang kebetulan juga sama-sama sedang hamil tua.

Selama satu bulan mereka akan menunggu hari keramat bagi keluarga mereka itu guna menunaikan sebuah tradisi budaya turun-temurun ''Perjanjian Plasenta'' demi persatuan dan kerukunan anak-anak mereka kelak.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun