Mohon tunggu...
Binoto Hutabalian
Binoto Hutabalian Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Penulis di www.sastragorga.org

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Rindu] Monumen Rindu

8 September 2016   22:05 Diperbarui: 8 September 2016   22:32 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Bolang"][/caption]Monumen Rindu

seonggok lelaki, tertancap mengerami deburan ombak yang nyaris menetaskan purnama di tenggara.

lelaki membaca purnama dan mulai menghitung satu per satu panah-panah sunyi yang meruncing ter-arit angin. Sebakar resah memuntung di jarinya. Dan kepul asapnya tak sanggup membohongi risaunya yang telah sebau kemenyan.

tak lagi seperti dulu, aroma rambut-lumut yang baunya sewangi melati itu telah menyisakan ledakan duri. Disini diingatannya.

sepuing lelaki terlentang sejajar-pasir. ingin menceburi langit yang menyakitkan. sebab sendirinya telah keterlaluan-sadis mengalahkan sunyinya para bangkai penghuni kubur.

setetes lelaki, teriakkan nama sampai berpetir, mengacak-acak pesisir si penyimpan sumpah yang pernah tumpah di tepi pulau: di genangan danau.

lelaki-retak. mengaduk-aduk puing air matanya sambil meringkuk di tebing waktu.  Bersama jalanan berwarna rindu yang menjelma tembok hitam. Membungkam dermaga.

Pasir Putih – Parbaba 16

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun