Mohon tunggu...
Binoto Hutabalian
Binoto Hutabalian Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Penulis di www.sastragorga.org

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pulau di Balik Awan

18 Agustus 2016   22:13 Diperbarui: 18 Agustus 2016   22:30 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Samosir. Layatlah Tobamu  

yang ngering
terpenggal rahang kemarau.

Di Tanoponggol, air matamu berkerak
membekukan riwayat segunduk
pulau yang pernah
dikeruk dengan berkubik airmata. Berkubik  
tetesan darah. 

Pulo Samosir!
yang hampir. Dan yang nyaris. 

Cuma sebentang jembatan kuning yang menangis. Serta kapal-kapal
yang menggelepar
dan terkapar menunggu kabar hujan
yang tak kunjung tetas di Pussu Buhit.

Samosir. Pulau yang nyaris bekas.
Yang hampir tinggal sebait dongeng!
Maafkan. Jika
berjuta hanya ngaku-ngaku pengagummu.
Yang cuma cuek saat menontonimu membatu.

Samosir, pulau yang nyaris hantu
oleh kemarau.
Pulau apa pulau? Wahai kemarau batu!

Mari menangis. Atau
Mari kura-kura dalam perahu.

Tanoponggol. Juli kerontang '16
(Binoto H Balian)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun