Tapi, Tuanku!
Tuan-tuan, yang belum puas memeras tanah air,
Yang belum cukup kenyang mengunyah tubuh ibu pertiwi,Â
yang tuli, atas jeritan dan rasa lapar
yang saban hari berkumandang di lorong
lorong terik-malam.
Â
Tuanku, tuan-tuan berdarah biru
yang bergelimang bahak dan harta,Â
dengar, tolong terjemahkan
jeritan-raung teriakan-lukaÂ
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!