selama ini kita tahu bahwa tidak semua siswa kita dari perkotaan, tidak semua peserta didik kita juga dari kalangan berada. di tiap kecamatan pada negeri kita tercinta ini justru banyak sekali peserta didik kita yang berasal dari daerah. itu berarti dalam perjalanan mereka menuju sekolah mereka membutuhkan bugded untuk biaya akomodasi.
harga bbm kita sekarang 4.500,00 itu saja mutu pendidikan kita masih jauh dari harapan. hubungan antara BBM dengan mutu pendidikan sangat erat terutama bagi para orang tua wali murid yang ber "ekonomi lemah", karena dalam operasional mereka sehari - hari mereka tidak di tanggung oleh biaya BOS. sehingga mereka mengeluarkan sendiri biaya tersebut untuk kelancatran aktifitas mereka. bayangkan saja jika BBM terus saja selalu naik tentu ini akan berimbas buruk sekali terhadap dunia pendidikan. dimana mereka akan lebih kesulitan untuk biaya transportasi sehari hari mereka. bayangkan murid saya ada yang rumahnya di luar kecamatan sebelum BBM naik orang tuanya memberi uang saku 4.000,00 , uang itu hanya diguanakn untuk pulang pergi naik bis saja. anak trsebut tidak pernah jajan, bahkan kalau saya tanya dia selalu melakukan puasa senin kamis, jadi di hari selas,rabu,jumat dan sabtu dia tidak pernah jajan, bahkan kadang kala dia pun tidak bawa bekal dengan alasan mbok nya tidak meberi makanan bekal untuk dia. dilihat dari cerita faktual itu tentu saja kita bisa membayangnkan anak - anak yang lain yang ingin tetap sekolah.
kalau di tik dari wajar dikdas 12 tahun maka anak - anak indonesia harus lulus sampai SMU, jika biaya sekolah di tanggung oleh negara dalam hal ini biaya BOS, maka darimana mereka akan mendapatkan biaya akomodasi dan transportasi sehari hari mereka? ini sangat sulit di bayangkan, mungkin banyak dari para pembaca yang tidak pernah melihat langsung bagaimana keadaan anak - anak kita sesungguhnya. disini saya sebagai penulis artikel cuma ingin mebuka wacana pendidikan bahwa apa yang kita lihat di media tidak semuanya mencerminkankehidupan anak - anak indonesia seluruhnya. mari kita buka mata, telinga untuk lebih arif menyikapi setiap kebijakan, agar kebijakan itu tetap memihak pada keberlangsungan mutu pendidikan kita.
BBM murah saja mutu pendidikan kita masih rendah bagaiaman dengan BBM yang lebih tinggi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H