Mohon tunggu...
sadrah Tuahta Barus
sadrah Tuahta Barus Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Teologi Universitas Kristen Satya Wacana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Trilogi Perkawinan Kristiani

14 Oktober 2014   16:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:05 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

ADA lagi tiga komponen yang juga amat erat saling terkait, di mana "perkawinan" adalah salah satu komponennya. Inilah TRILOGI yang kedua: saling keterkaitan antara CINTA, SEKS, dan PERKAWINAN.

Asas ini, saya akui, kini telah dianggap usang. Tak sesuai lagi dengan gaya hidup moderen. Sebab orang moderen justru cenderung memisahkan ketiganya. "Seks", misalnya, dianggap sebagai sebuah entitas yang berdiri sendiri. Boleh dinikmati sebagai "seks".

Tanpa perlu dikait-kaitkan dengan "cinta". Dan tanpa perlu harus dihubung-hubungkan dengan "perkawinan". "Seks untuk seks".

Di mata orang moderen, "perkawinan" juga begitu. Tidak hina, ganjil atau nista, bila seorang Hasoloan "menikah" dengan Tarida, tapi "cinta"nya untuk Kemala, sedang "seks"nya dinikmati bersama dengan Tuti dan Rini dan Evi dan Sandra.

Lalu "cinta"? "Cinta" tentu masih ada. Lihat saja sinetron-sinetron kita - entah berapa banyak yang bertemakan "cinta"! Tapi tunggu dulu. Bila orang-orang muda sekarang berbicara tentang "cinta" - apa sebenarnya maksud mereka? Menurut kesan saya, sekarang ini padanan kata untuk "cinta" adalah: "tertarik" atau "terpikat" atau "timbul berahi", atau macam-macam lagi. Tapi yang pasti, tidak perlu terarah ke "perkawinan". Mungkin terarah ke "seks", tapi "seks" tak selalu mesti ekspresi "cinta".

* * *

DALAM perspektif kristiani, tiga komponen tersebut tidak boleh dipisah-pisah atau dipiliah-pilah. "Seks" dalam pandangan kristen bukanlah sesuatu yang tabu, hina dan kotor.

Kenikmatan seksual adalah anugerah Tuhan - bahkan salah satu anugerah Tuhan yang terbesar, yang - meniru bunyi sebuah iklan -- "membuat hidup benar-benar hidup"!

Ya! Tapi di mana letak kenikmatan seksual yang paling puncak, dan daya tarik seksual yang paling indah? Jawabnya: ketika kegiatan seksual merupakan ekspresi "cinta" dan dilaksanakan oleh suami - istri dalam konteks "perkawinan" yang berbahagia. Ini, saudara, yang benar-benar ruaaarr biasa!

"Seks" tanpa "cinta" tentu saja bisa tetap menyenangkan dan memberi kenikmatan tersendiri.. Tapi kesenangan dan kenikmatan yang cuma menyentuh permukaan. Tidak memberi kepuasan yang mendalam.

"Seks" di luar konteks "perkawinan" amat boleh jadi mampu memberikan suasana petualangan yang nikmat dan menegangkan. Tapi percayalah, ia pasti tidak memberi ketentraman jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun