Mohon tunggu...
H.Sabir
H.Sabir Mohon Tunggu... Freelancer - Lakum Dinukum Waliyadin

Dunia ini hanya untuk disinggahi dan dinikmati sesekali kita memang akan kedatangan sial, tapi tak akan berlangsung lama tidak ada pesta yang tak usai demikian juga tidak ada badai yang tak reda.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Inikah Rasanya Lebaran Tanpa Ibu?

10 April 2024   00:19 Diperbarui: 10 April 2024   00:24 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tepat sesudah akad nikahnya kicky dilaksanakan secara sederhana di Kantor Urusan Agama, mereka membawa mamah ke Rumah Sakit di Kota. Mamahku tak sempat mengikuti prosesi ijab kabulnya dan hanya menantikan pengantinnya pulang ke rumah, bersalaman, foto bersama lalu berangkat ke rumah sakit.

Hanya berselang 2 hari kami di RS setelah mamah dirujuk ke Manado, sesak nafasnya tersengal-sengal melalui bantuan alat oksigen di hidungnya. Kami berempat silih berganti mengucapkan kalimat kalimat penguat batin kami dan juga batin mamah. Aku berterima kasih kepadamu ya Allah engkau mengabulkan segala keinginan mamah, bahwa kami harus berada disamping beliau saat hari hari terakhirnya..

Kami berpelukan dan saling menguatkan, dan mengucap sumpah di depan jasad ibu kami, bahwa kami akan baik-baik saja, akan akur satu sama lain, dan akan terus mengirimkan berjuta juta doa untuk malaikat kami.

Hari ini adalah Lebaran pertama kali kami tanpa mamah, suara takbiran yang setiap tahun selalu mengundang kesedihan karena kami tidak setiap tahun dapat berkumpul bersama mamah di kampung halaman. tapi malam ini suara takbiran itu seperti jeritan tangis dalam hatiku, terbayang wajah ibu yang setiap malam takbiran selalu menelponku sekedar untuk memperlihatkan persiapannya untuk lebaran esok hari.

Ternyata benar lebaran yang menyedihkan dirasakan orang lain, kini kurasakan sendiri. kutahan derasnya air mata meski tetesan tetesannya menggantung memaksa untuk turun. ya Allah...Ampunilah kesalahan dan kehilafan mamah semasa ia hidup. Terimalah amal ibadahnya, amal jariyahnya dan pengorbanannya untuk memeluk Agamamu yang sempurna ini.

Kepada Pembaca yang masih memiliki ibu maka sayangilah ibumu, sebakti-baktinya pada ibuku tetap terselip penyesalan.  waktu tidak akan menunggu kesuksesanmu untuk membahagiakan ibumu.

Kau lah malaikatku

Namamu adalah Ajimatku dalam perantauan

Rindu kami akan abadi untukmu

Dan setiap kenanganmu adalah pengobat kami

Ibu, malaikatku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun