Kebanyakan kita pasti pernah menemukan kalimat ini; 'Harga Teman" masih kerabat dari kata "Harga Sodara", sebuah komponen harga yang sangat akrab di telinga para pebisnis maupun penjual jasa.Â
Penulis sendiri sudah berkawan lama dengan si "Harga Teman" profesinya sebagai desain grafis tak jarang bersinggungan dengan beberapa project yang datang dari pertemanan.Â
Ddalam situasi ini proses penentuan harga kita menjadi sesuatu yang paling berat, bahkan jauh lebih berat dari merevisi bolak-balik kerjaan teman yang seperti tak kunjung selesai koreksinya.
Kedekatan emosional dan keakraban membuat proses negosiasi kadang alot dan sungkan serta malu-malu, antara kedua belah pihak susah untuk menegosiasikan harga yang sebenarnya. tetapi daripada tidak dibayar sama sekali, ada akhirnya kebanyakan penjual  yang selalu sering dirugikan.
Suatu hari saya mendapatkan sebuah proyek dari sahabat untuk pembuatan logo usahanya. Nah ini dia pikirku PR yang paling berat, karena pembuatan logo mempunyai tingkat kesulitan tersendiri yang harusnya berbiaya mahal.
Bayangkan saja mulai dari riset kecil-kecilan tentang filosofis logo, warna, kompetitor dan belum lagi menghadapi keinginan teman yang kadang susah untuk diterjemahkan dalam proses braimstorming.Â
Entah kenapa di banyak kasus pada akhirnya saya selalu harus mengalah dengan harga yang dibayarkan, bahkan pernah saya dibayar sekali untuk tiga project sekaligus benar-benar kejam hahaha..
Sebenarnya menurut saya sah-sah saja minta diskon untuk harga sebuah pertemanan yang telah terjalin, tetapi terkadang ada beberapa tipe "Harga Teman" yang berlaku di kehidupan.
Pertama adalah saya niat membeli karena bantu menglarisi dagangan teman, beli karena kashian dan ada pula yang niat beli karena kepo, yang terakhir adalah  beli karena sudah survei harga ke mana-mana dan ingin mendapatkan harga termurah dari hubungan pertemanan..ini yang paling sial menurutku..hehe..
Bagi Pembeli "Harga Teman" adalah iseng-iseng berhadiah, sedangkan bagi penjual "Harga teman" adalah harap-harap cemas.Â
Saya pribadi saat masih bekerja kantoran sering beli dagangan teman sekantor, entah itu kue, baju atau apapun yang dibawa teman selagi masih sanggup di kantong saya selalu mengusahakan untuk membeli. walau kadang barang itu tidak terlalu saya inginkan dengan niatan yang diawal tadi "ingin menglarisi dagangan teman".