Innalillahi wa Innailaihi Rodjiun..
Kabar duka yang tak kalah riuhnya dari berita corona hari ini memenuhi lini masa jagad Indonesia. salah seorang Putra bangsa bernama H.Harmoko wafat di RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Â H. Harmoko bagi kaum yang lahir di masa orde baru pastilah sangat familiar.Â
Politikus yang lahir di Patianrowo, Nganjuk, Jawa Timur, 7 Februari 1939; umur 82 tahun  pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan Indonesia pada masa Orde Baru, dan Ketua MPR pada masa pemerintahan BJ Habibie. Dia pernah menjabat sebagai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia, dan kemudian menjadi Menteri Penerangan di bawah pemerintahan Soeharto.
Tidak terlalu detil saya mengingat akan sosok almarhum, setahuku dan bagi generasi  yang lahir di tahun 80 an hingga 90an sosok beliau adalah yang paling sering muncul di layar TVRI dan TV swasta kala itu untuk sekedar memberikan penerangan kepada masyarakat Indonesia akan situasi dan segala petunjuk yang datang dari penguasa Orde Baru Soeharto saat itu.  Pidato yang berapi-api dan terstruktur dan mudah dipahami mungkin yang membuat Soeharto mendapuk Harmoko menjadi Menteri Penerangan sesudah Ali Moertopo dari 1983 hingga tahun 1997.
Beliau kemudian ditunjuk menjadi  Ketua Umum Golkar dan dengan berbekal kedekatannya dengan Penguasa Orde Baru Harmoko pun ditunjuk menjadi Ketua MPR/DPR, yang dikemudian hari justru menjadi salah satu bomerang bagi penguasa Orde Baru dimana sebagai orang terdekatnya justru menjadi salah satu pemberi saran agar presiden Soeharto mengundurkan diri.Â
Salah satu yang paling diingat masyarakat yang hidup di zaman orde baru adalah program Kelompencapir, beliau adalah salah seorang pencetus gerakan tersebut. Sebuah program yang menhubungkan antara pemerintah dan masyarakat tentang informasi pembangunan dan strategi-strategi pembangunan repelita.
Sayangnya sejarah juga mencatat bahwa kedekatan Harmoko dengan Soeharto tidak berahir dengan bagus, Soeharto merasa dihianati dan ditinggal sendirian oleh orang-orang terdekatnya termasuk Harmoko, begitu menurut rumor yang beredar di tengah masyarakat hingga saat ini.
Terlepas dari latar belakan sejarah yang  mengikuti jejak almarhum, bangsa ini jelas patut berbangga pernah memiliki seorang negarawan seperti Harmoko, tuntutan rakyat dan semakin tidak terkendalinya masa kala itu menuntut Soeharto membuat Harmoko akhirnya menjadi salah satu orang yang turut memberikan saran agar penguasa Orde Baru itu lengser.
"Dalam menanggapi situasi seperti tersebut di atas, Pimpinan Dewan, baik Ketua maupun Wakil-wakil Ketua, mengharapkan, demi persatuan dan kesatuan bangsa, agar Presiden secara arif dan bijaksana sebaiknya mengundurkan diri," kata Harmoko, dikutip dari arsip Harian Kompas yang terbit 19 Mei 1998.
Demikian bunyi pernyataan resmi Harmoko di Gedung Parlemen menghadapi situasi 98 yang sudah semakin genting dan tak terkendali dimana mahasiswa dan rakyat mulai menduduki gedung senayan dan meminta pergantian pemimpin yang kemudian dibantah oleh Jenderal Wiranto dan menyatakan statemen tersebut adalah pendapat pribadi dan bukan dari lembaga fraksi-fraksi.
Pada periode tahun 80-90an akan selalu menjadi momen penting bangsa ini untuk mendengarkan pidato dari Harmoko, Pidato paling penting setelah Soeharto mungkin. Mulai dari penetapan harga bahan pokok hingga penguasaan informasi yang beredar di masyarakat.
Namun puluhan tahun sejak Orde Baru tumbang banyak masyarakat bahkan saya pribadi yang masih sempat menikmati kehidupan orde baru adalah sedikit banyak merupakan periode emas perjalanan bangsa ini meski berakhir dengan tragis. Bahkan bagi sebagian orang yang tidak menyukai orde baru sering memplesetkan nama beliau dengan "Hari-Hari Omong Kosong".
Perputaran roda ekonomi yang dikuasai oleh negara berbeda jauh dengan keadaan masa kini dimana roda ekonomi dikuasai oleh pemodal dan pengusaha, sehingga pemerintahpun bahkan seolah tidak punya kebijakan untuk mengendalikan harga-harga, semua diserahkan pada kebijakan pasar dan mekanisme global.
Tetapi akhir-akhir ini kita seakan dejavu pada pola pemerintahan khas Orde Baru yang mana media dikuasai oleh buzzer2 yang bukan tidak mungkin dikendalikan dari dalam lingkar kekuasaaan, kebebasan berpendapat yang bersebarangan langsung dihantam oleh hukum yang berpihak pada kekuasaan dan kroninya.
Saat reformasi mulai bergolak saya masih duduk di bangku sekolah dan belum begitu memahami situasi yang sebenarnya menimpa bangsa ini. posisi kami yang terletak di ujung Sulawesi juga menambah terputusnya komunikasi yang valid, saat hampir semua daerah bergolak dan terjadi penjarahan dimana-mana di Sulawesi Utara justru relatif aman dan terkendali, tak ada riak-riak ataupun penjarahan yang terjadi disana.
Bagi kami anak-anak di daerah kedatangan orang-orang dari Pusat Pemerintahan menjadi sangat spesial di jaman Orde Baru, penguasa saat itu begitu dihargai kedatangannya bahkan di elu-elukan di sepanjang jalan meski yang datang hanya sekelas Menteri.Â
Saya masih ingat betul saat Menristek BJ Habibie yang kemudian hari menjadi Presiden Republik Indonesia menggantikan Soeharto datang berkunjung ke salah satu Bendungan terbesar di Sulawesi yakni Bendungan Kosinggolan dan Toraut di Bolaang Mongondow. sejak pagi kami sudah berjejer dan berbaris rapi sambil memegang bendera merah putih menyambut kedatangan beliau.
Tak dapat dipungkiri semua generasi kami sangat menghapal nama-nama sekaligus wajah dari para Menteri, DPA dan juga ketua-ketua lembaga negara lainnya. wawasan kebangsaan inilah yang ditanamkan kepada anak-anak orde baru mulai dari menghapal pejabat-pejabat negara hingga REPELITa dan GBHN menjadi ilmu wajib di sekolah-sekolah.
Harmoko adalah salah satu tokoh yang sangat penting dalam perjalanan Orde Baru baik di awal hingga akhir kejatuhannya. meski banyak sejarah dan rumor-rumor miring yang beredar di masyarakat bagi saya khususnya almarhum adalah sosok yang berjasa bagi perjalanan pembangunan bangsa ini. Ketokohan beliau dan kenegarawanannya turut menjadi catatan sejarah bangsa.
Salah satu cita-cita terbesar saya saat di daerah adalah bertemu dengan para tokoh orde baru termasuk almarhum Harmoko, sayangnya setelah lama tak terdengar justru berita duka wafatnya beliau yang saya dapati.
Terlepas dari sejarah dan catatan-catatan sejarah yang mungkin keliru dalam pemahaman saya atau selainnya.
Bagaimanapun mereka adalah para tokoh nasional yang turut menyertai pembangunan bangsa ini menuju bangsa yang moderen majemuk dan bersatu. Do'a yang tulus mari kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, semoga almarhum diterima amal ibadahnya dan diampuni segala dosa-dosanya..
Selamat Jalan Putra Terbaik Bangsa. Bapak H.Harmoko..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H