Mohon tunggu...
Jingga Senja
Jingga Senja Mohon Tunggu... -

undescription

Selanjutnya

Tutup

Nature

Ancol Jakarta Bay City dan Nasionalisme

8 Desember 2010   09:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:54 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Taman Impian Jaya Ancol ingin berkembang bersama-sama dengan lingkungannya!”

Ancol Jakarta Bay City yang dulu dikenal dengan Taman Impian Jaya Ancol merupakan kawasan wisata terpaduProvinsi DKI Jakarta, yang populer dan terluas di Indonesia. Kawasan wisata ini di bangun sejak tahun 1966. Luasan arealnya mencapai 552 Ha. Ancol menjadi salah satu tempat wisata yang difavoritkan oleh anak-anak maupun dewasa, karena berbagai jenis hiburan ada di sana. Siapa pun pasti ingin pergi ke sana untuk menikmati aneka hiburan yang ditawarkan, tak terkecuali saya. Bagaimana tidak, saat ini Ancol semakin berkembang mengikuti kemajuan zaman. Wahana-wahana baru dan hiburan yang semakin menakjubkan disuguhkan untuk memanjakan para wisatawan yang datang. Teknologi dan jenis hiburan yang tersaji juga tidak kalah jika dibandingkan dengan tempat wisata sejenis di luar negeri, khususnya Asia, seperti Disney Land di Tokyo, Jepang. Bagi Warga Negara Indonesia yang tidak dapat pergi ke luar negeri untuk menikmati aneka macam hiburan dan permainan tidak perlu khawatir, karena di dalam negeri pun kita bisa menjumpai tempat wisata yang tidak kalah mengasyikkan, contohnya seperti di Ancol.

Mempunyai tempat wisata di negara sendiri yang tidak kalah hebat dengan tempat wisata di negara lain merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi Bangsa Indonesia. Pasalnya, sektor pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara yang turut berperan dalam pembangunan bangsa. Pariwisata juga merupakan salah satu “jendela” bagi Bangsa Indonesia untuk lebih dapat dikenal oleh bangsa lain dan dunia. Apalagi jika tempat wisata yang kita miliki mempunyai ciri khas tersendiri yang mencerminkan kepribadian dan kemolekkan bangsa, sehingga memiliki kesan yang berbeda dan menjadi nilai plus jika dibandingkan dengan tempat wisata lain di luar negeri. Ancol lebih banyak menawarkan hiburan yang berhubungan dengan alam, inilah yang menjadi ciri khas dan nilai plus yang dimiliki Ancol. Berbagai atraksi ketangkasan hewan air, darat maupun udara mampu menyedot perhatian wisatawan yang berkunjung, tidak kalah dengan wahana permainan lainnya yang ada.

Menjadi perusahaan pengembang properti dengan kawasan wisata terpadu terbesar dan terbaik di Asia Tenggara yang memiliki jaringan sentra rekreasi terluas merupakan visi dari Taman Impian Jaya Ancol. Melihat perkembangan teknologi, fasilitas, dan hiburan yang ada di Ancol hingga saat ini, maka bukan hal yang mustahil jika visi tersebut akan segera terwujud. Apalagi didukung dengan misi yang nasionalis yaitu Ancol sebagai komunitas pembaharuan kehidupan masyarakat yang menjadi kebanggaan bangsa, senantiasa menciptakan lingkungan kehidupan sosial yang lebih baik melalui sajian hiburan berkualitas yang berunsur seni, budaya dan pengetahuan dalam rangka mewujudkan komunitas pembaharuan kehidupan masyarakat yang menjadi kebanggaan bangsa. Tentunya untuk mewujudkan visi dan misi tersebut tidak cukup hanya dilakukan oleh pihak Ancol saja, akan tetapi dibantu juga oleh seluruh stakeholder yang berkaitan antara lain adalah para pengunjung dan pengguna jasa dari Taman Impian Jaya Ancol, pemegang saham, investor, karyawan, supplier, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan warga di sekitar Taman Impian Jaya Ancol.

Mewujudkan visi dan misi pada kenyataanya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Membutuhkan waktu dan proses yang cukup, tak heran jika dalam prosesnya mengalami kendala dan hambatan. Salah satu hambatan yang kecil namun jika dibiarkan akan menjadi kendala yang besar ialah terkait dengan kebersihan. Jika menyusuri tepi Pantai Ancol, maka di sudut pinggir pantai kita akan menemukan berbagai jenis plastik dan botol tergenang ”menghiasi” keindahan pantai. Akibat yang ditimbulkan kini kejernihan air Pantai Ancol tak menampakkan dirinya lagi seperti dulu. ”Ancol masih kalah dengan dengan Disney Land di Tokyo dan Pantai Pattaya di Thailand, di sana tempatnya bersih, kalau Ancol sih kotor” ujar salah seorang teman saya yang sempat berkunjung ke sana.

Masalah kebersihan memang sering dikeluhkan bagi orang-orang yang peduli akan lingkungan. Jika kembali merenungkan perkataan teman saya, mungkinkah jika tak ada sampah ”berkeliaran” yang mengotori keindahan Ancol, Ancol tidak kalah dengan Disney Land dan Pantai Pattaya seperti yang diujarkannya tadi? Saya pikir itu mungkin. Secara teknologi dan hiburan Ancol dapat bersaing dengan tempat wisata tersebut, namun secara lingkungan terutama kebersihan memang masih kalah. Sebuah fakta yang harus dapat kita terima sebagai introspeksi diri untuk dapat melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

Kebersihan memang menjadi salah satu masalah klasik di Indonesia. Ironis memang ketika di satu sisi Ancol dapat bersaing dengan tempat wisata luar negeri lainnya, namun di sisi lain masalah kebersihan lagi-lagi menjadi penghambat terwujudnya cita-cita untuk dapat menjadi kebanggaan bangsa. Hal yang paling dasar menjadi penyebabnya adalah kebudayaan masyarakat Indonesia yang sering membuang sampah tidak pada tempatnya seolah sudah mengakar dalam dan sulit untuk dicabut. Kebiasaan masyarakat tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya kesadaran akan memiliki, menjaga, dan memelihara segala sesuatu yang dimiliki bangsa ini. Sedangkan rasa nasionalisme akan tertanam jika warga negaranya mempunyai kesadaran akan memiliki, menjaga, dan memelihara bangsanya sendiri.

Upaya yang dilakukan pihak Ancol dengan dibantu stakeholder dalam menangani masalah kebersihan ini sudah banyak dilakukan. Salah satu kegiatan yang mendukung kelestarian lingkungan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) ialah program Ancol Sayang lingkungan (ASL). Program ASL ini mengenai penanggulangan sampah yang dihasilkan Ancol untuk di jadikan produk daur ulang yang dapat dimanfaatkan lagi oleh Ancol maupun lingkungan sekitar. Program berbasis cinta lingkungan memang sudah seharusnya dilakukan untuk menjaga kelestarian. Jika program sejenis ASL ini dapat terus dilakukan dengan monitoring yang benar pastinya akan berdampak baik dan terasa hasilnya.

Masalah kebersihan tidak cukup hanya dengan penanggulangan saja, akan tetapi upaya-upaya preventif juga diperlukan. Mengingat hal yang paling mendasar terkait masalah kebersihan ini adalah kebiasaan membuang sampah masyarakat Indonesia yang tidak pada tempatnya, dimana mereka ialah pengunjung dan penikmat fasilitas Ancol. Maka, sebagai komunitas pembaharuan kehidupan masyarakat yang menjadi kebanggaan bangsa, upaya-upaya preventif pun perlu dilakukan Ancol dan harus lebih gencar dari pada upaya penanggulangan. Tujuannya khususnya adalah agar masyarakat Indonesia dapat menghilangkan kebiasaan buruknya itu saatberada di Ancol. Mungkin juga perlu dilakukan study banding sistem manajemen kebersihan dengan tempat wisata lain di luar negeri, lalu mengadopsinya hal-hal yang dirasa tepat untuk diaplikasikan di Indonesia.

Ancol yang ingin menjadi sentral wisata Asia membutuhkan dukungan dari seluruh stakeholdernya agar dapat segera menjadi kebanggaan bangsa. Begitu pula dengan upaya preventif dan penanggulangan yang dilakukan Ancol dalam menangani masalah sampah. Kerjasama yang baik dari pihak pengunjung, petugas kebersihan, dan pemerintah dengan pihak Ancol sangat diperlukan dalam menjalankan upaya-upaya preventif maupun penaggulangan. Saling membantu dalam menumbuhkan rasa nasionalisme demi martabat dan kehormatan bangsa pun harus terus dilakukan, dalam kasus ini ialah sektor pariwisata Ibu Kota yang merupakan ”jendela” bangsa. ”Jendela” inilah yang dapat menunjukkan keunggulan bangsa kepada bangsa lain dan dunia, tanpa harus merendahkan bangsa lain. Ketika dunia telah melihat kehormatan bangsa kita, maka saat itulah akan terasa makna dari sebuah perjuangan memupuk rasa nasionalisme bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun