Semua yang pernah dilalui saat Ramadan, baik guru yang pernah mengajar maupun santri yang telah lulus dari Pesantren Al Kahfi mengaku sangat berkesan.
Wajah-wajah penuh gembira menyambut datangnya bulan Ramadan diawali dengan cucurag (makan bersama). Semua orang duduk di lantai mengitari hamparan daun pisang yang disusun memanjang dengan nasi liwet, ikan, tahu, tempe, oncom-leunca, tumis kangkung, ayam goreng, kerupuk, dan lalapan. Ini adalah momen kebersamaan yang ditunggu-tunggu santri dengan menu pesantren yang istimewa.
Tarhib Ramadan dilakukan dengan pawai keliling sekitar pesantren dengan kostum yang serba unik sambil membawa poster dan membagi-bagikan jadwal imsakiyah ke warga kampung. Saya ingat, bahkan sampai sprei, gorden, dan guling dijadikan kostum/properti mereka. Wajah mereka dilukis dengan cat air, berdandan unik dan lucu sambil membawa tetabuhan.
Malamnya dihiasi tarawih yang bacaan suratnya yang panjang-panjang. Lucunya, ada santri yang terkantuk-kantuk dan saat terbangun ternyata masih rokaat pertama atau ketika sujud malah tertidur.
Suasana disegarkan kembali pada saat sebelum witir dengan kultum yang dibawakan santri secara bergiliran sebagai latihan berpidato. Ada yang khas di santri putra, yaitu selalu menutup kultum dengan pantun jenaka yang bersambung dengan pembawa kultum selanjutnya.
Akhirnya, pantun yang terkadang tidak berkaitan dengan materi kultum diimbau untuk tidak dilakukan lagi. Padahal, di situ letak kelucuannya. Memang sebaiknya, santri membawakan materi bukan hanya mengarah pada lucunya, melainkan juga pada inti materi yang akan disampaikan.
Momen tak terlupakan lainnya ialah grebek sahur antarpenghuni asrama yang dilakukan secara bergiliran oleh santri.
Santri begitu antusias memukul-mukul ember, gayung, atau apa saja sambil berteriak, "Sahuuur sahuuur!" Saya ingin tertawa ketika ada santri yang mengoyang-goyangkan ranjang temannya agar lekas bangun dan cara itu memang efektif karena temannya sulit dibangunkan.
Saya sendiri yang tinggal di dalam asrama, bersebelahan dengan kamar santri, sampai meloncat dari ranjang karena terkejut bukan main. Jantung saya ini terasa seakan digedor-gedor. Ini kegilaan yang dirindukan.
Belum lagi saat di masjid ketika santri sedang menanti berbuka puasa, makanan bertebaran karena santri saling berbagi takjil hasil berburu jajanan sore hari di kantin. Berebut, itu pasti. Namun, saat melihat ada teman yang takjilnya hanya kurma dan air putih, mereka rela berbagi.
Selain itu, ada pula momen Majelis Syarof, yakni tasmi' (memperdengarkan hafalan Alquran) selama 2-3 hari bagi para santri yang telah selesai menghafal 30 juz, sementara itu santri lainnya menyimak dari pagi sampai magrib di luar jam sekolah. Sungguh momen menggetarkan yang memotivasi hadirin untuk menambah hafalan Alqurannya.
Tiap santri memiliki target-target pribadi, berlomba dalam kebaikan dengan teman-temannya. Ada reward bagi yang khatam terbanyak, hafalan terbanyak, dan amal yaumiah terbanyak. Selain itu, masih banyak lagi kenangan yang tersisa di Al Kahfi pada setiap bulan Ramadan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H