Mohon tunggu...
Rosiana Febriyanti
Rosiana Febriyanti Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga dan guru

Senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dewi Sandra: Muslimah Jangan Kalah dari Durian

21 Februari 2020   11:12 Diperbarui: 21 Februari 2020   11:24 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Instagram edufestalkahfi

Pada awal talkshow yang dipandu oleh Qonita, alumni Pesantren Al Kahfi dalam salah satu rangkaian acara Education Festival 20 Februari 2020, Dewi Sandra mengungkapkan harapannya semoga kita semua bisa mendapatkan segala sesuatu yang kita inginkan di dunia ini. 

Namun, kita juga harus menyadari bahwa semua itu tidak ada artinya. Apakah dalam agama kita tidak diajarkan tentang nafsu? Ada hadits yang berbunyi "dunia di sisi Allah sebanding dengan sebelah sayap nyamuk."

Menurut Dewi, kita boleh dan harus mengejar mimpi dan cita-cita. Bahkan, cita-cita dan mimpi kita harus besar, tetapi jangan pernah menggadaikan akhirat untuk dunia. Itu pelajaran yang paling berat bagi Dewi. Dewi membatalkan kontrak-kontrak karena ia yakin bahwa Allah Mahakaya. 

Meskipun kemudian yang datang justru tawaran-tawaran itu (yang mengharuskan beliau harus melepas hijab), tetapi ia tolak sebab ia yakin bahwa apa yang Allah janjikan akan datang. Dewi tidak pernah membicarakan nominal karena itu terlalu receh dan ia meyakini janji Allah itu pasti. 

Setelah Dewi hijrah dan memutuskan berhijab, ternyata ada pihak yang mengajaknya pergi ke Paris, Turki dan Dubai, ia bisa terus berkarya dengan tetap mengenakan hijabnya. Tahun ini adalah tahun ke-8 ia berusaha untuk istiqomah berhijab. 

Namun, hal ini menurutnya, bukanlah sesuatu yang harus dibanggakan karena endingnya lah yang akan menentukan. Endingnya adalah ketika kita berada di liang lahat. Apakah kita mampu menghadap Allah dan mampu menghadapi pertanyaan-pertanyaan-Nya kelak di akhirat. Tidak ada yang bisa luput dari kematian. 

"Orang tua tentu pernah melewati umur 12, 13, sampai 17 tahun, tetapi yang hadir di sini belum tentu akan melewati usia sampai 20 tahun atau 50 tahun kita jangan GR atau kepedean. Dari sekarang, kalian harus sudah mulai menata hidup. Karena untuk bisa naik kelas kita harus melewati ujian," ujar Dewi lembut.

Dewi menekankan kepada hadirin bahwa yang paling menentukan berhasil atau tidaknya suatu ujian itu justru hari-hari sebelum ujian, kita belajar atau tidak, mempersiapkan soal-soal atau tidak, sebab kalau tidak ada persiapan, sudah bisa dipastikan hari ujiannya akan gagal total. 

Maka luruskan niat karena suatu hari pasti akan terjadi, saat ruh berhadapan dengan Allah dan apakah yang kita bawa ke hadapan-Nya? Kaki kita tidak akan beranjak sampai kita menjawab untuk apa masa muda kita dihabiskan. Dalam hal ini Dewi mengaku gagal total. Kalau kita tidak fokus untuk menghadapi ujian nanti kita tidak akan mampu menjawab semua pertanyaan pertanyaan di akhirat.

Manakah yang lebih sulit ketika hijrah atau mengupayakan Istiqomah, Dewi menjawab kedua-duanya karena musuh yang terbesar adalah melawan diri sendiri. 

Apa makna dari pernyataan "Masa lalu menciptakan masa depan"? Dewi mengungkapkan teori Edward Lorenz yang mengatakan sebuah kepakan sayap kupu-kupu di Brazil akan menghadirkan sebuah tornado di Amerika. Sebagaimana kita ketahui, kupu-kupu adalah binatang kecil, tetapi mempunyai dampak yang cukup besar. Sekecil apapun yang kita perbuat, punya dampak di masa depan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun