Mohon tunggu...
Riawan Djack
Riawan Djack Mohon Tunggu... wiraswasta -

My Family is the best

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Di Ujung Negeri

9 November 2011   03:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:53 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_147643" align="aligncenter" width="629" caption="perjalanan menuju Ds. Long Alango Kec. Bahau Hulu"][/caption]

Saat paling mengesankan adalah pengalaman saya ketika menikmati perjalanan menuju desa Long Alango Kec. Bahau Hulu Kabupaten Malinau. Perjalanan melalui jalur sungai dengan mengendarai loang boat dan memakan waktu kurang lebih dua hingga hari. Sungguh berat memang, badan capek, lelah, semuanya berkumpul menjadi satu. Akan tetapi dibalik itu semua, saya mendapatkan sedikit obat di perjalanan saya. Menikmati panorama alam yang masih benar-benar alami dan mengarungi derasnya arus sungai yang sangat extreme.

Dimulai dari Kec. Tanjung Selor berangkat pukul enam pagi, urutan pertama kali kita akan melewatiKec. Long Beluah atau banyak orang menyebut Bayangkarasetelah itu kita akan menjumpai Kec. Long Peso.Dari Long Peso saya bersama teman-teman istirahat sebentar untuk makan siang karena jam sudah menunjukkan pukul satu siang. Setelah selesei makan kita melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai menjelang maghrib. Setelah malam tiba perjalanan belum sampai tempat tujuan. Kita masih di tengah-tengah derasnya arus sungai. Akhirnya sang juru mudi atau Motoris (sebutan orang pedalaman suku dayak kepada sopir loang boat ) menyimpulkan untuk berhenti melanjutkan perjalanan. Kita tidak tidur di tepi sungai melainkan singgah di perusahaan-perusahaan kayu yang beroprasi di tepian sungai Bahau tersebut.

[caption id="attachment_147646" align="aligncenter" width="570" caption="bebatuan dipinggir sungai"][/caption]

[caption id="attachment_147650" align="aligncenter" width="575" caption="tempat perusahaan kayu"][/caption]

Keesokan harinya, pagi-pagi buta kita bangun tidur dan bersiap melanjutkan perjalanan. Ketika melewati giram ( pusaran air ) maka siap-siaplah untuk basah kuyup. Karena dinding loang boat tidak mampu menangkis besarnya hantaman arus. Batu-batu besar tersebar dipanjang tepian sungai. Membuat sebuah dinding sungai yang sangat elok untuk dipandang mata. Sempat waktu itu loang boat yang saya tumpangi tidak mampu menembus kuatnya arus. Hingga terpaksa sang motoris menyuruh kita untuk jalan kaki lewat bebatuan di tepian sungai agar beban dalam loang boat bisa terkurangi. Baiklah kita turun, agar perjalanan kita selamat sampai tujuan. Perlu kita ketahui bersama bahwa banyak cerita dari penduduk setempat, tidak sedikit loang boat bermuatan penumpang ataupun barang yang jungkir balik tidak mampu menembus kuatnya arus. Bahkan ada juga yang mati karena kepalanya menghatam kebongkahan batu . Wow, hati saya kaget mendengar semua itu. Malah bertambah rasa ngeri yang ada dalam pikiran saya.

Sekitar pukul dua sore kita sampai diPujungan. Jarak Antara Pujungan dengan Long Alango masih setengah hari perjalanan. Katanya sang motoris, giram antara Long Peso sampai Pujungan ini belum seberapa bila disbanding dengan giram antara Pujungan – Long Alango. Haduh, bertambah pula rasa dag dig dug jantung saya. Istirahat sebentar, makan siang dan tanpa berlama-lama kita langsung bergegas berangkat melanjutkan perjalan karena untuk mengejar waktu.

[caption id="attachment_147655" align="aligncenter" width="640" caption="giram sungai bahau"][/caption] [caption id="attachment_147656" align="aligncenter" width="629" caption="tanaman padi gunung / padi adan"][/caption] [caption id="attachment_147657" align="aligncenter" width="614" caption="Dermaga Ds. Long Alango yang khas dengan lukisan suku dayak"][/caption] Alhamdulillah tepat waktu Maghrib saya sampai di Kec. Bahau Hulu Desa Long Alango. Dengan basah kuyup badan lelah kita menurunkan beberapa bekal kita untuk singgah di beberapa hari di Long Alango. Saya hitung antara Pujungan sampai Long Alango kurang lebih kita melewati giram sebanyak 8 kali. Memang benar-benar ini sebuah petualangan yang tak akan terlupakan dalam hidup saya.

Sesampainya di Long Alango saya menginap di tempat Bapak Kepala Desa. Orangnya baik dan ramah menyambut kita. Keesokan harinya saya coba belanja ke warung dan bertanya beberapa harga bahan makan disana. Wow kaget saya ketika mendengar harga-harga bahan makan disana bisa naik 2 atau 3 kali lipat dari harga normal. Pantas saja harga 9 bahan pokok begitu menggila, karena perjalananya juga sangat jauh dan menempuhnya tidaklah mudah.

Daftar harga kebutuhan pokok :

  • Beras Rp. 15.000,-s/dRp. 20.000,-
  • Minyak goreng Rp. 60.000,- s/d Rp. 80.000,- /liter
  • Sabun mandi Rp. 7.500,- s/d Rp. 12.000,-
  • Garam dapur 250 gr, Rp. 5000,-
  • Bawang merah dan bawang putih kisaran Rp. 35.000,-
  • Rokok Rp. 15.000,-s/dRp. 20.000,- ( tergantung merk )

Ketika di Long Alango ada beberapa hasil kerajinan tangan dan karya seni dari penduduk setempat yang saya dapati.

  • Saung /seraong / topi untuk keladang
  • Tas / manik-manik
  • Gendongan bayi di hias manik-manik dan taring. Cerita dari warga setempat, barang sejenis ini yang asli sebenarnya taring yang terpasang terbuat dari taring harimau. Namun yang memilikinya hanya satu dua orang saja. Bahan gendongan tersebut diwariskan secara turun temurun.
  • Lukisan asli suku dayak yang tergambar didinding pada balai adat.

[caption id="attachment_147651" align="aligncenter" width="455" caption="saung"][/caption]

[caption id="attachment_147652" align="aligncenter" width="451" caption="gendongan bayi"][/caption]

[caption id="attachment_147659" align="aligncenter" width="442" caption="lukisan asli suku Dayak yang ada pada balai adat"][/caption]

Dengan begini kita semua tahu, bahwa didalam hutan belantara di bumi Kalimantan masih tersimpan kehidupan dan cerita tersendiri dari saudara kita yang tinggal jauh dari kemewahan kota. Fasilitas kesehatan yang terbatas, sarana pendidikan yang terbatas, sarana transportasi yang susah untuk ditempuh. Ada yang lebih pilu lagi, bahkan orang sekaratpun harus menunggu tiga sampai satu minggu untuk berobat kerumah sakit yang lebih menunjang fasilitasnya karena menunggu datangnya pesawat seperti MAF dan Susi Air. Sejuta pertanyaan terlintas dibenak saya, Dimana hasil bumi Kalimantan yang kaya raya, sedangkan penduduknya harus tetap miskin dan bodoh ?.

[caption id="attachment_147658" align="aligncenter" width="614" caption="anak sekolah yang masih memakai sandal"][/caption]

Salam

Riawan Djack

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun