Mohon tunggu...
Ririn_AZR
Ririn_AZR Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Tulisan

Ingin terus belajar, memperbaiki diri, dan menghargai hidup lebih dari saat ini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Satu

18 September 2012   08:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:18 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selagi menunggu orang yang tepat, bersenang-senang dengan orang yang salah tidak ada salahnya, bukan? Awalnya, aku berpikir begitu. Namun, bertambah hari yang aku lalui bersama Reyndra, aku berharap ia adalah orang yang tepat untukku. Aku mulai mencintainya dengan tekun. Dengan sungguh. Dengan hati yang penuh dan seluruh. Hingga aku tak pernah mengecap ragu sedikit pun untuk menunjukkan apa pun laku yang ia mau. Termasuk menyerahkan apa-apa yang ia minta dariku.

Aku tak lagi sekadar menikmati tiap sentuhannya dan tiap perlakuan manisnya padaku. Aku memiliki kesadaran yang utuh ketika dalam hati aku mengaku bahwa aku menginginkan semua itu terus dan terus. Ia membuatku mencandu dan tak ingin berhenti menyesap kenikmatan itu sebentar pun. Ia telah membuatku jatuh cinta terlalu dalam. Ia telah membuatku ingin memilikinya sekarang dan seterusnya, entah sampai kapan.

Jadi, ketika nama Eliza mulai tertangkap oleh telingaku, aku pun lantas dirajam cemburu. Bagaimanapun, aku tak mau berbagi lelakiku. Reyndra adalah milikku. Aku tak peduli siapa sebenarnya perempuan itu. Aku juga tak peduli hubungan macam apa yang membuat mereka padu.

Sebelumnya, aku tak pernah menaruh setitik pun cemburu meskipun pekerjaan Reyndra selalu menyita waktu yang seharusnya ia habiskan bersamaku. Aku juga tak cemburu meskipun aku tahu di tiap meeting-nya selalu ada gadis-gadis cantik yang tak segan merayu. Namun, kali ini, tak seperti aku yang lalu-lalu, aku ingin memenangkan egoku. Bagi Reyndra, aku ingin menjadi satu tanpa sekutu.

“Sayang, aku sudah menunggumu sejak tadi. Kau di mana?”

Aku berpura-pura dungu. Padahal sudah jelas aku tahu bahwa Reyndra masih berada di café itu, tempatnya mengobrol dengan gadis yang kuyakini sebagai Eliza beberapa saat lalu. Aku memang mengikutinya sejak ia melesat dengan Mazda2 merahnya keluar kantor pukul lima sore tadi.

“Iya, Sayang. Tunggulah, aku akan segera datang!”

Sambungan telepon terputus setelah kudengar kecupan singkat darinya untukku. Aku tersenyum kecil. Sebenarnya, sakitnya cemburu karena melihat kebersamaan Reyndra dan Eliza masih menderaku. Tambahan lagi, tadi aku mendapati Reyndra memeluk gadis itu. Meskipun aku hanya berada di luar café itu, aku bisa menyelami kesungguhan yang tampak dari wajah lelakiku saat memeluk Eliza. Jujur, aku merasa terancam. Sama halnya ketika diam-diam aku tahu bahwa mata Reyndra berkaca-kaca sesaat setelah bertelepon dengan gadis itu tempo hari. Aku tahu, pasti bagi Reyndra gadis itu punya arti yang tak biasa.

Ah, tapi apa yang perlu kukhawatirkan? Aku melihat gadis itu meninggalkan Reyndra tadi. Sekarang Reyndra milikku. Dan aku akan menjaganya sebisaku. Lihat saja! Aku akan membuat Reyndra melupakan gadis itu dan menutup hati bagi Eliza-Eliza lainnya. Aku akan menjadi satu bagi Reyndra, satu-satunya.

Aku kemudian memutuskan untuk melupakan kecemburuanku sementara. Aku harus bergegas. Aku harus sampai di apartemen Reyndra sebelum laki-laki itu tiba di sana. Aku pun berujar pada supir taksi yang kutumpangi agar mengambil jalan yang tidak akan menjebakku dalam kemacetan yang terlalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun