Mohon tunggu...
Afif Husen
Afif Husen Mohon Tunggu... -

Mahasiswa di unversitas Imam Nafie Tanger marocco..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nazaruddin Wayang Bandel

13 Maret 2012   20:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:06 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Semestinya tak semolor ini kasus  nazaruddin  mengangga begitu lama di permukaan. Tak berkesudahan, penuh  keambiguan dan keburaman. Memang  wajar  karena seperti biasa,  terlalu banyaknya tumpakan kepentingan dan interfensi  di sana sini yang  banyak melibatkan kalangan2 elite atas yang poenya kekuasaan dan kekuatan.  Dan seperti biasa juga tontonan tikam menikam, benteng  membentengi  yang begitu kental .
Kasus  nazaruddin ini merupakan serpihan dari potret buruk dan begitu memalukanya  kancah perpolitikan tanah air yang  tak kunjung usai. Pertanyaanya  apakah korupsi  sudah tidak menjadi barang hina dan    berdosa ?.  Apakah korupsi  ini merupakan budaya,  warisan leluhur kita ?. Perpolitikan Indonesia tak seindah alamnya, tak se elok  budaya2 nya.
Dalam kasus semacam  ini,  jujur  belum ada yang tampil jagoan  terutama para penegak hukumnya. Tidak ada yang tampil seperti  Semar . Arif dan bijak,  belum ada yang tampil deperti  Gadjah mada. Tegas nan perkasa. Nyatanya hingga sekarang , belum ada abdi2 rakyat kita yang nangkring di gedung senayan sana yang tampil membanggakan,  masih dengan gaya lama.Mlempem dan ringkih.
Tak perlu lama jika mau sadar dan jujur dalam kasus nazaruddin ini. Bukti2 sudah di tangan dan pengakuan nazaruddin sendiri ketika di hotel Kolombia. Meski tak seberapa, ada niatan baik terpancar dalam diri nazaruddin,  tapi sayangnya itu di anggap niatan tidak baik dari banyak kalangan.
Dan jika sudah molor seperti ini ( manifestasi dari wajah  ketidaktransparan dan kepicikan kalangan elite),  maka  pada akhirnya pun akan sama seperti kasus kasus  sebelumnya yang seironi,  yaitu  tidak berending dan gulung tikar tak jelas, karena  masyarakan yang sudah jemu dan muak di tambah ada kasus lainya yang belum tertangani baik. Kemiskinan, pengangguran, krisis moral, bencana  dan sebagainya, yang masih menjadi cemilan harian yang tak kunjung mereda.
Atau juga tontonan sinetron lebih menarik dan asyik untuk di ikuti ketimbang kasus nazaruddin yang setagnan dan membosankan. Karena yang cek cok hanya komunitas2 kecil di atas,  dengan gaya sok pahlawananya,  dengan gaya sok terpelajarnya.
karena bagi saya mereka tak lebih dari sorang bocah2 yang nangis berebut pemen.
Kasus ini sepatutnya menjadi ladang emas, pembuktian dan koreksi  tegas dari pihak pemerintah. Sebagai ajang pembenahan, sebagai ajang pembuktian kepada rakyat bahwa mereka  ( pemerintah )  memang layak untuk di pilih.
Singsingkan ego, lucutkan kepentingan kepentingan pribadi atau golongan demi senyum bangga rakyat Indonesia,  untuk menyongsong Negara Indonesia yang gagah dan sejahtera. Menjadi ceriminan bagi Negara Negara lain.
Morocco 12 september 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun