Mohon tunggu...
Afif Husen
Afif Husen Mohon Tunggu... -

Mahasiswa di unversitas Imam Nafie Tanger marocco..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kakek

13 November 2011   01:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:44 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com



Wajahnya yang ranum  di penuhi goretan siklikal, seperti anak TK yang belajar menggambar. Tak simetris awut awutan.

Tubuhnya memaksa dirinya berevolusi, dan kini dia berkaki tiga.

Waktu telah memasung tubuhnya untuk pasrah mengitari sunnatullah.

Dia kini di akhir  episode, aroma melati merebak sebgai rambu..

Meski ku tahu gagah perkasa jiwamu, menyala nyala bagai api abadi. Tapi ini kehendakNYA tubuhmu terperangkap dalam jasad yang reot itu.

Tapi kenapa menuju kelapukkan ini senyummu semakin merekah, menyingsing  seperti mentari di ufuk timur.

Ah,,gila diriku mengoceh di bingkai photonya. Dirimu kini berada di belakang masjid di lahat yang ciut itu, yang kau idamkan ..edankah dirimu

Kini kau tiada tapi wangimoe masih menyengat di kerumunan desa, di hati2 penghuni desa .

Linangan ini takkan mengembalikan dirimu bersama kami, dan kami tak tahu apakah dirimu masih mau bergumul dengan kami.

Bagi kami orang desa,  dirimu bukan kyai yang masghul dengan pertapaanya.

Bukan orang berdasi yang mulutnya selalu berbusa anyir.

Selamat tinggal kek,  izinkan cangkulmu menjadi jimatku

29 september 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun