Mohon tunggu...
Rahmalia Indarwangi
Rahmalia Indarwangi Mohon Tunggu... -

penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadi Pendidik

26 Juli 2012   15:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:35 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca Judul diatas, saya langsung tertarik untuk menulis blog mengenai berbagai hal mengenai pendidikan. Pendidik, bukanlah hal yang asing bagi saya, karena almarhumah Ibunda saya adalah seorang pendidik, Kakek saya juga seorang pendidik, dan sebagian dari paman dan tante sayapun adalah para pendidik. Sampai ipar sayapun seorang pendidik yang telah mencapai gelar doktor.
Penuh dengan hal baru, begitulah hampir dua belas tahun saya menjadi seorang pendidik di  sebuah lembaga bahasa dan tiga tahun terakhir ini di sebuah sekolah swasta. Seorang pendidik bukan hanya dituntut menjadi panutan buat anak muridnya dikelas, atau bahasa kerennya role model, tapi juga mengharuskan pendidik menjadi teman, sekaligus menjadikan anak didiknya sukses bagi dirinya, dan sekitarnya.
Ketika saya sekolah dulu, sekolah adalah hal yang membosankan bagi saya, karena cara guru yang mengajar sangatlah monoton, guru masuk, buka buku, kerjakan soal, bel bunyi, guru keluar. Maka tak heran ketika rapot dibagikan, hasilnya merah semua. Karena saya menyadari, ketika itu saya hanya duduk terdiam, membaca, menjawab pertanyaan dari buku latihan, dan ketika ulanganpun saya menyontek teman sebangku.  Itu  terjadi di sekolah menengah. Namun ketika saya duduk di bangku kuliah, saya menjadi semangat, karena kami memiliki kelas kecil, dan “dipaksa” untuk memberikan ide, jawaban lugas, dan mengajukan pertanyaan. Tak heran, gaya para dosen saya ini setidaknya mengilhami saya dalam mengajar di dalam kelas. Memberikan tema, dan memberikan kesempatan kepada para murid untuk menjelaskan suatu topik, memberikan bacaan bahkan terkadang video, yang membuat mereka terpancing untuk memberikan pendapatnya atau teman sekelasnya.
Saat ini jika akan mengajar suatu topik yang kebetulan dikategorikan “berat” bagi para murid saya yang kebetulan remaja ABG, maka saya mencari referensi mengenai topik tersebut di internet atau bahkan YouTube yang menjelaskan secara visual sehingga mereka tidak hanya mendapatkan teori itu-itu saja, namun juga pemahaman secara visual. Dan terkadang cukup berhasil. Menjadi seorang pendidik pada saat sekarang ini bisa dikatakan menyenangkan karena teknologi penunjang sudah lengkap. Jika para pendidik dapat memperoleh training teknologi secara berkala, maka sangat mudah bagi mereka dalam mengaplikasikan ilmunya kepada anak didiknya.

Yang menjadi kendala saat ini adalah kurangnya sumber daya manusia yang dapat mentraining para pendidik terutama di daerah secara berkala. Selain itu, terkadang para pendidik yang sudah senior merasa sulit untuk mengejar training teknologi ataupun segala sesuatu yang baru yang nampak asing bagi mereka, padahal para pendidik inilah yang menjadi tombak untuk keberhasilan anak-anak bangsa.
Jika para pendidik bekerja di kota besar maka tidaklah sulit untuk mendapatkan referensi untuk mengajar, akses internet yang mudah, fasilitas yang memadai. Namun jika para pendidik berada di tempat terpencil, maka bahan tambahan untuk mengajar menjadi terbatas.
Sekiranya Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan agar memberikan perhatian khusus kepada para pendidik yang berada di luar daerah, dan terpencil bahkan tempat yang rawan konflik mulai dari tambahan fasilitas belajar mengajar, keamanan dan tentu saja kesejahteraan para pendidiknya.
Disamping yang disebutkan diatas, juga para pendidik yang terseleksi dapat diberikan training peningkatan pengajaran sesuai dengan bidangnya, secara berkala, agar mereka juga dapat update mengenai teknologi informasi, materi mengajar yang menarik, dan kesempatan untuk mendapatkan sertifikasi mengajar. Bahkan jka memungkinkan para pendidik yang berkualitas diberikan beasiswa penuh untuk melanjutkan pendidkan yang lebih tinggi di dalam ataupun luar negeri. Bukankah keberhasilan anak didik menjadi manusia yang berkualitas juga berkat peran si pendidik?. Semoga bisa bermanfaat.

******

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun