Saya adalah orang yang ga bisa mengendarai motor atau mobil. Ada sih keinginan beli, tapi melihat banyaknya kecelakaan yang kini marak terjadi apalagi melibatkan bocah-bocah SMP atau SMA tanpa punya SIM rasanya tidak perlu saya menambah daftar banyaknya kendaraan yang melintas di jalan raya Ibu kota.
Ke sana kemari ya jalan kaki trus naik angkot, bis kota, TransJakarta, kereta api, taksi menjadi second home yang paling bisa mengantar saya ke tempat kerja atau kemana pun saya pergi. Malah bisa tidur nyenyak segala kalau lagi maceet. Maklum Jakarta homebasenya macet nomer wahid dan sekarang belum di solusikan juga sama Gubernurnya. Hiks sedih.
Udah keliatan kayak wong ndeso kalau ke kondangan ga bawa kendaraan juga, malah nebeng temen pas pulangnya wuiih. Tapi itu pengalaman saya dulu. Saya asli minder juga pertama kali melangkah di ibukota yang megapolitan ini dengan banyaknya pekerja yang berkendaraan pribadi. Ternyata, saya tidak sendiri.
Meskipun sudah pindah kerja di Depok, saya masih berhubungan baik dengan teman saya yang bernama Wisnu Murdianto (29th).
Kerja di Ibukota, gaji besar dan cukup untuk bisa mengkredit barang favorit apalagi kendaraan tidak membuatnya tergiur untuk memiliki kendaraan pribadi. Mobil bahkan motor yang bisa dicicil sekalipun.
Di rumahnya tak satupun dapat ditemui kendaraan pribadi seperti mobil atau motor. Kalaupun harus pergi dengan orangtuanya, cukup dengan taksi sekeluarga bisa masuk. Ya, karena ia hanya dua bersaudara. Adiknya yang laki-laki juga begitu (sama seperti dirinya) tidak menggunakan kendaraan pribadi.
Dulu ia pernah bekerja di salah satu perusahaan kartu seluler yang lambangnya huruf ukuran baju paling guede setelah Large.. hehee ketauan yak. Sekarang ia seorang staff data network and engineering handle internet gateway dan MPLS (Multi protocol label switching) atau bahasa Indonesianya, Teknologi Jaringan Komputer yang berkantor di Gatot Subroto.
Kebayang gajinya yang diatas 5 juta rupiah dan belum memiliki pendamping hidup ini alias masih single, kemana uangnyaa? Pikiran usil saya aja siih. Mungkin buat nanti nikah kali yee. Tapi, kalau orang Jakarta kebanyakan gaya hidupnya pasti sudah untuk kredit ini itu kan? Lain dengan Wisnu. Ia sangat menikmati jalan kaki, naik ojek, naik angkot dan Trans Jakarta. Meskipun jarak tempuhnya ke kantor dari rumah hanya perlu waktu dibawah satu jam, bisa menjadi lebih dari satu jam kalau kena macet. Untung saja hobi membaca menolongnya menghilangkan kepenatan saat macet selain tidur. Rumahnya pun tidak bisa dibilang kecil karena ada di komplek Perumahan lumayan elit, Kelurahan Pluit, Kec. Penjaringan Jakarta Utara.
[caption id="attachment_305070" align="aligncenter" width="300" caption="Wisnu Murdianto. Pejuang ODNC Jakarta"][/caption]
Sebenarnya resiko mahalnya BBM, parkir kendaraan pribadi, pajak, service rutin yang dikatakannya menjadi alasan keribetan memiliki kendaraan pribadi, tidaklah perlu menjadi momok menakutkan kalau saja Wisnu mau sabar hehe... Lha wong sekarang semuanya serba bayar dan antri kok...
Tapi Wisnu menyadari kelebihan dan kekurangan naik angkutan umum dibanding pribadi yang lebih murah, tidak ribet urusan perijinan SIM, pajak dan parkir. Namun memberikan atmosfir kurang nyaman. Mungkin karena harus berbagi dengan orang lain yang juga naik kendaraan umum yang kita naiki, terkadang privacy kita hilang entah kemana. Mau ngapa-ngapain pasti diliatin atau dilirik. Padahal mata-mata guee... hehee..
Sayangnya Wisnu tinggal di Jakarta ya, bukan di Depok. Mungkin dia bisa dapat penghargaan dari Pak Walikota Depok, Nur Mahmudi Ismail kalau ia tinggal di Depok sekarang. Hehee..
Saat saya cerita tentang ODNC di Depok, Wisnu mengaku belum tahu dan tanya apa solusinya kalau masyarakat ga boleh pakai kendaraan sehari. Yah pakai angkot atau motor pribadi atau ojek. Simple kan? Karena yang sering bikin penuh jalan raya dan bikin macet adalah kendaraan pribadi berupa mobil, maka itulah yang dikurangi dalam sehari aja penggunaannya. Kepanjangannya sendiri juga One Day No Car alias Sehari Tanpa Mobil (pribadi).
Dia ber ooh ria. Saya berpikir juga kalau di Jakarta ada ODNC gimana ya Nu?
Dia bilang kayaknya Jakarta belum siapa deh. Hehee kayak jawab udah siap nikah apa belum aja ya..
Wisnu belum yakin kalau infrastruktur di Jakarta siap dan bisa memenuhi harapan masyarakat umum dan untuk saat ini kendaraan yang cocok menurut Wisnu di Jakarta adalah yang memakai rel.
Harapan tinggal harapan kalau penguasa negeri atau pemerintah belum turun tangan juga mengatasi macet terlebih di Ibu kota yang tambah padat. Orang seperti Wisnu pasti ada lagi dan memang tidak banyak. Ga perlu pakai ODNC lagi kalau Wisnu-Wisnu lain ada di setiap kota yang berkendaraan banyak. Itu pikiran saya.
Pikiran Kamu??
Baca juga
http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2014/04/14/odnc-on-the-city-1-646845.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H