Mohon tunggu...
Dini Wikartaatmadja
Dini Wikartaatmadja Mohon Tunggu... profesional -

Pustakawan, Penulis, Violist

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Malaikat dan Istananya di Mega Kuningan

17 September 2014   23:31 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:24 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat ini beiau aktif berkegiatan social dan terlibat di sebuah Yayasan milik sahabatnya, Yayasan Habibie Ainun. Namun, setelah mendengarkan cerita beliau tentang leluhurnya sayapun yakin sekali bahwa segala hal yang dinikmati sekarang dan generasi beliau adalah keberkahan dari kejujuran, tanggung jawab, kedermawanan serta pengoranan untuk bangsa dari para pendahulunya. Sehingga Tuhan membalas kebaikan yang luar biasa tersebut sampai bisa dicicipi oleh para keturunannya.

Benarlah janji Tuhan bahwa sesiapa yang berbuat kebaikan sesungguhnya kebaikan itu untuk dirinya sendiri. Sekali Tuhan mencintai hambaNYa maka segala hal yang dibutuhkan pasti akan tercukupi. Tuhan memang maha segala dan luar biasaaaaa!

Sore yang indah pun terhentikan oleh kehadiran sang mbak yang memberitahukan kalau ojek saya tengah menunggu. Segera perjumpaan yang luar biasa di Sabtu itu berakhir. Tak lupa saya cium tangan dan mengucapkan banyak-banyak terima kasih atas perbincangan yang luar biasa. Beliaupun menjawab sembari menepuk-nepuk pundak saya, “Teruslah raih impianmu, berusahalah dengan sungguh-sungguh dan jadilah anak muda yang penuh semangat agar bisa memberikan semangat pada yang lain”, ucapnya dengan diiringi senyum, teduh! Saya pun segera menjawab, “siap laksanakaan komandan, sambil menaruh tangan di dahi [seperti prajurit yang memberikan hormat kepada komandannya]. Kamipun langsung tertawa. Pecah!

Ojek saya sudah menunggu di depan dengan sabarnya. Beliaupun mengantar saya sampai ke luar pintu gerbang bahkan mendekat pada tukang ojek. Lalu, menasehati saya untuk menyantelkan kaitan helm sebagai pengamanan yang baik.

Ojekpun meluncur pergi meninggalkan Istana dan malaikat di dalamnya. Sayapun melambaikan tangan sembari berucap”sampaaaaai jumpaaa Pak GR..”

Perjalanan menuju stasiun Manggarai yang macetnya tidak karu-karuan itu saya sikapi dengan sabar dan penuh senyuman! Sembari terdengar sayup-sayup dalam benak saya lagu yang kesukaan, “aku bahagiaaa…hidup di khatulistiwa…

Semoga Pak GR panjang umur sehingga memiliki waktu yang panjang untuk memberi  inspirasi kepada para pemuda di negeri ini. Saat ini saya sengaja tuliskan pengalaman pertemuan dengan beliau agar nasehat mulia ini bisa “dinikmati” bersama dan akan lebih baik lagi memang bisa kita jalankan. Semoga saja!

“Jadilah anak muda yang sedari awal sudah punya cita-cita membesarkan bangsa. Jangan memikirkan harta dan jabatan. Itu semua hanya semu!.. Jadilah anak muda yang percaya diri dan rendah hati namun tidak rendah diri. Sehingga kamu bisa bermanfaat untuk sesama. Lakukan semua hal dengan hati dan cinta. Maka dunia akan datang padamu dan berlutut di bawah kaki-mu. Perlakukanlah orang sama sepertimu, jangan merasa pintar atau merasa tinggi!”

Syukurku Pada Sang Maha Mencukupi,

DW

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun